Pages

Mengenang Kepahlawanan dan Keteladanan KI HADJAR DEWANTARA (5)


Museum Dewantara Kirti Griya : Saksi Sejarah yang Nyata

Selain meninggalkan ajaran hidup dan nilai-nilai luhur yang ada di tamansiswa, KHD juga meninggalkan beberapa bukti sejarah semasa perjalanan hidupnya dari zaman pra kemerdekaan sampai paska kemerdekaan. Peninggalan-peninggalan beliau itu terkumpul semua didalam sebuah bangunan Museum Dewantara Kirti Griya (DKG). Dari museum itu, sebelum tamansiswa berdiri maupun setelah tamansiswa berdiri, semua perjuangan KHD dicatat dan disimpan didalam museum. Awalnya, museum DKG merupakan rumah dari KHD sendiri setelah pemilik terakhir yang seorang janda penguasa perkebunan belanda Mas Ajeng Ramsinah menjualnya pada tanggal 14 Agustus 1935. Sebagaimana yang diungkapkan Ki Agus Purwanto, salah seorang staf dari pengelola museum, bahwasannya KHD mempunyai dua rumah, yang pertama museum sekarang dan kedua sebuah rumah yang terletak di jalan Kusumanegara 131 Mujamuju Yogyakarta (sekarang menjadi kantor rektorat kampus UST). Pembelian rumah (sebelum menjadi museum DKG) Ramsinah tersebut dibayar sebesar 3.000 gulden (drie duizend gulden) meliputi persil yang berlokasi ditempat tersebut lengkap dengan perabot rumah tangga. Pada tahun 1958 KHD dan keluarga pindah ke jalan Kusumanegara. Inilah awalnya museum DKG terbentuk.
Ki Agus mengungkapkan bahwa, sebelum KHD pindah rumah, terbersit dibenak KHD untuk menjadikan bekas tempat tinggalnya sebagai penunjang dari studi dan pendidikan. Dan KHD sendiri untuk memastikan itu, meminta rumahnya dijadikan sebuah museum sebelum beliau benar-benar berpindah tempat. Dari situ, untuk memenuhi permintaan dari KHD, maka disusunlah kepanitiaan yang terdiri dari Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Keluarga Besar KHD, Keluarga Besar Tamansiswa dan Sejarahwan untuk mewujudkannya. Dan bertepatan dengan peringatan hari Pendidikan, dengan dibuka langsung oleh Nyi Hadjar Dewantara selaku Pimpinan Umum Persatuan Tamansiswa, tepatnya tanggal 2 Mei 1970, museum sah diresmikan untuk umum. Adapun makna dari nama Dewantara Kirti Griya ialah rumah tempat KHD bekerja. Dan dengan SengkalanMiyat Ngaluhur Trusing Budi, adalah petunjuk tahun pembukaannya pada tanggal 25 bulan sapar tahun 1902 (jawa). Makna yang terkandung didalamnya ialah para pengunjung diharapkan dapat mempelajari, meresapi, menghayati isi museum untuk selanjutnya dapat menciptakan gagasan-gagasan baru (Buku Petunjuk Museum Dewantara Kirti Griya 1985/1986 hal 06-07).
Arsitektur museum DKG adalah kombinasi antara tatanan Jawa dan Eropa. Fisiknya menunjukan corak eropa dan bentuk plafon serta atap merupakan khas jawa. Demikian yang diungkapkan Ki Agus. Museum ini menurut Agus adalah memorial. Semua perabotan dan peralatan yang pernah dipakai KHD menjadi koleksi istimewa dari DKG. Masterpiece dari museum sendiri terdiri dari meja dan kursi dan juga pakaian-pakaian termasuk pakaian sewaktu KHD dipenjara. Selain itu, ada juga mesin ketik kuno yang masih utuh yang dahulunya digunakan KHD untuk menulis. Melihat lokasi dari Museum DKH sendiri, karena letaknya bertepatan ditengan kota, maka akan memungkinkan untuk cepat dikenal oleh pengunjung yang sedang datang ke jogja. Dan museum DKG ini juga selalu buka setiap hari. Dari bentuk ruangannya, DKG terdiri dari 7 ruangan dimulai dari teras dan kamar khusus disebelahnya. Ketika masuk kedalam, akan langsung disambut oleh ruang keluarga yang paling bear. Didalam ruang keluarga tersebut, terdapat beberapa koleksi antara lain kumpulan buku-buku tersusun rapi dan didepannya ada sebuah kursi goyang dan artikel yang ditulis KHD dalam surat kabar Sinar Matahari serta sebuah cangkir kecil. Menurut Ki Agus, disanalah tempat dimana KHD sambil santai minum kopi dan mendengarkan radio. ”radionya khan bisa dibawa-bawa. Soalnya kalau ketahuyan sama belanda pasti akan ditangkap” ungkapnya. Selain itu, terdapat pula jam dindingbesar dan kuno bercorak Eropa. Didekat jam tersebut, juga ada peninggalan dari Nyi Hadjar Dewantara yaitu meja tulis dan tempat beliau engarsipkan semua tulisan dari KHD. Dan ada juga arsip Nyi Hadjar yang dikoleksi terutama tentang kodrat-kodrat wanita (etika dan adab wanita).
Berlalu dari ruang keluarga, persis disebelahnya terdapat ruang tamu utama. Meja kursi yang digunakan KHD untuk menyambut tamunya terpampang dengan jelas dan kelihat masih kokoh. Selain itu, ada juga pernyataan dari Presiden Pertama RI yang sekaligus murid dari Tmansiswa Bandung, Ir Soekarno yang menyatakan ” Ki Hadjar Dewantara adalah pendorong dan pemimpin bangsa Indonesia yang oleh Tuhan diberi karunia untuk memimpin bangsanya. Kalau dulu tak ada seorang yang bernama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat yang kemudian menjadi Ki Hadjar Dewantara, keadaan pergerakan kebangsaan Indonesia tak akan cemerlang seperti yang kita alami”. Didekat tulisan itu, terdapat juga tulisan lainnya Bung Karno (BK) yang menghimbau agar bangsa ini harus mempunyai kekuatan dan kepribadian dalam menghadapi perjuangan nasional. Jika tidak, maka selama-lamanya akan menjadi budak. Selain meja kursi tersebut, koleksi isrimewa yang ada di ruangtamu ialah sebuah proyektil mortil yang ditembakan oleh belanda dan jatuh tepat dihalaman depan pendapa tamansiswa. Tapi mortir yang ditembakkan januari 1949 tersebut tidak membawa korban. Disebelah mortir itu, terdapat juga pesawat telepon Kuno merek Kellog yang dibuat pada tahun 1927 oleh Swedia. Sampai sekarang barang itu masih terjaga dengan baik. Dibawahnya terdapat tulisan yang menerangkan bahwa dengan masih menggunakan telepon itu, nomer panggilan (kode area) untuk wilayah Jogjakarta ialah dua digit yaitu 43.



Di ruang kerja (bersebelahan dengan ruang tamu yang membentuk hurup L), terdapat koleksi berupa peci, pena lama, buku tamu dan tas yang pernah digunakan KHD. Juga satu almari besar yang penuh dengan koleksi bukunya KHD dalam bahasa belanda. Menurut Ki Agus, itu merupakan sebagian dari buku-buku KHD yang masih ada. Yang lainnya ada di perpustakaan tamansiswa. Piano kecil dan Sistem Nada Swara ciptaan KHD pada tahun 1926 membukatikan bahwa beliau suka dengan musik. Dan yang paling istimewah lainnya ialah piagam Doktor Honoris Causa yang diberikan presiden (sebutan untuk rektor zaman dahulu) Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. Sardjito tanggal 19 Desember tahun 1956. dibelakang meja kerjanya terdapat lambangtamansiswa yang terrulis tahun berdiri 1922 dan sebuah radio antik radio Erres yang dibuat pada tahun 1938 oleh belanda. Didalam ruangan itu , lagi-lagi pujian dari Ir Soekarno atas jasa KHD dalam membangun negeri ini terpampang jelas. ” ....sungguh, alangkah hebatnya kalau tiap-tiap guru didalam perguruan tamansiswa itu satu per satu adalah rasul kebangunan! Hanya guru yang dadanya penuh dengan jiwa kebangunan dapat ’menurunkan’ Kebangunan kedalam jiwa sang anak”. Dan juga kutipan dari presiden Soekarno yang diambil dari pidatonya di Yogyakarta tanggal 19 Desember 1959 juga dipajang. Tulisan inilah yang membuktikan bahwa sejarah indonesia tidak bisa dilepaskan dari sejarah KHD dan Tamasnsiwa dan sejarah bahwa Soekarno pernah berguru dengan KHD sekaligus murid dari Tamansiswa Bandung. ” saya persoonlijk, saudara-saudara, merasa bahagia dapat pada waktu saya muda ngelesot pada kakinya Ki Hadjar Dewantara. Saya termasuk pemuda-pemuda yang bahagia dapat maguru kepada orang-orang Indonesia yang besar, maguru kepada almarhum Kyai Ahmad Dahlan, maguru kepada Dr. E.F.E. Douwes Dekker, maguru kepada Cipto Mangunkusumo, maguru kepada R.M Suwardi Suryaningrat yang kemudian bernama Ki Hadjar Dewantara”.
Setelah habis berputar diruang kerjanya, kesisi timur terdapat ruang istrirahat Ki dan Nyi Hadjar Dewantara.dimana didalam ruangan itu masih terdapat dipan tempat tidur untuk berdua lengkap dengan tirainya (kelambu), satu almari untuk perlengkapan-perlengkapan rias Nyi Hadjar dan satu lagi almari untuk menyimpan souvenir dari beberapa cabang tamansiswa. Dan, ”inilah tempat istirahat mereka ketika mereka mulai lelah dalam beraktivitas dan ini souvenir-souvenir yang diberikan tamansiswa cabang untuk Ki Hadjar ” ungkapnya sambil menunjuk ke almari yang satunya lagi. Didalam almari itu terlihat ada semacam alat musik seperti gendang dan gitar dalam ukuran mini. Dibawahnya tertulis berasal dari india. Disampingnya, sebuah benda yang bentuknya agak bulat dan berwarna hitam. Tertulis dibawahnya benda tersebut berasal dari Bengkulu tahun 1935. yang tergantung di dinding almari, berbentuk prisma juga merupakan souvenir tamansiswa cabang Tebing Tinggi tahun 1938. Dibawahnya juga ada souvenir dari bali tahun 1934 yang bernama Blencong dan Kendi, dan disampingnya, dalam ukuran yang agak besar dari semuanya, merupakan sovenir dari tamansiswa cabang Gedongtataan Lampung tahun 1938 yang berupa sepasang gading gajag dan ada gong kecil ditengahnya. Masuk kesebelahnya lagi, merupakan tempat tidur (kamar) dari anaknya Ki Hadjar. Di ruangan ini juga ada dua almari besar yang berisi pakaian-pakaian yang pernah dipakai Ki Hadjar dan almari berisikan barang pecah belah. Didalam ruangan itu, Ki Agus menuturkan bajwa disanalah Ki dan Nyi Hadjar melepas lelah. Dan ruangan yang berisikan barang pecah belah itu merupakan perlengkapan sehari-hari beliau dan juga bisa untuk membantu sesama rakyat bilamana mengadakan hajatan dan tidak mempunyai suatu wadah yang besar, maka bisa meminjam dari perlengkapannya keluarga KHD. ”semua barang itu asli porselen mas” ungkapnya jelas. Diatas tempat tidur, terpampang foto Ki dan Nyi Hadjar beserta putrinya Asti. Asti merupakan anaknya yang lahir semasa Ki Hadjar Diasingkan dinegeri Belanda.
Setelah puas mengunjungi koleksi-koleksi didalam, tak ketinggalan juga bagian luar dan sebuah kamar kecil yang penuh kenangan dari Ki hadjar Dewantara. Didalam kamar itu juga terdapat dipan kecil yang ukurannya hanya muat untuk satu orang. Dan disampingnya ada mesin ketik yang menurut Ki Agus adalah alat Ki Hadjar untuk membuat artikel-artikelnya dan arloji tua, jam tua serta buku diarinya yang tampak kelihatan usang. Disamping belakang dipan juga terdapat tiga pucuk tongkat sangga Ki Hadjar yang masih kuat dan didalam almari besar tersimpan koleksi baju semasa Ki Hadjar ditahan di Penjara Pekalongan lengkap dengan sarungnya. Di almari itupula terdapat dua pucuk sertifikat yang bernomer register 406 BII pada tahun 1924 yang menerangkan bebasnya Ki Hadjar dari tahanannya. Satu lagi yang hampir terlupakan ialah sebuah maha karya besar, sebuah lukisan tentang diri Ki Hadjar yang dibuat oleh J.J.C. Lebeau tanggal 23 Mei 1919. Di luar (teras) juga dipenuhi kenangan foto yang menampilkan berbagai gambar soekarno yang sedang bersalaman dengan Nyi Hadjar beserta beberapa pucuk piagam penghormatan yang diberikan untuk Ki Hadjar Dewantara. Tempat diluar ini menurut Ki Agus ialah tempat dimana Ki Hadjar Bekerja dan pabila waktu sudah malam, supaya tidak mengganggu istri dan anak yang mungkin sudah tidur, Ki Hadjar melanjutkan pekerjaan dan beristirajat disini. ” inilah kenangan nyata yang ditinggalkan Ki Hadjar selain ajaran hidup dan nilai-nilai luhur itu. Kami berharap, bertepatan dengan HUT ke-86 Tamansiswa ini, Museum ini bisa lebih diperhatikan lagi” ungkap Ki Agus Purwanto mengakhiri.

Melki AS

0 komentar:

Posting Komentar

Featured

 

BIDADARI KECILKU

BIDADARI KECILKU

EKSPRESI

EKSPRESI

Once Time Ago

Once Time Ago

Aspiratif CyberMedia Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template