Pages

Gelar Budaya Nusantara; Harmonisasi Tari Dayak dan Musik Jawa


Yogyakarta yang di kenal sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa, dengan sifatnya yang inklusif dan dinamis, selalu menerima kehadiran budaya-budaya luar melalui dialog, interaksi dan akulturasi budaya. Dengan demikian, nilai-nilai budaya Yogyakarta selalu dapat berkembang dinamis, karena dari dalam dirinya terkandung kekuatan revitalisasi yang mendorong proses adaptasi dan universalisasi. Itu berarti, masyarakat Yogyakarta selalu welcome terhadap kehadiran budaya luar, dan sebaliknya juga tidak canggung untuk berinteraksi di pentas budaya Nusantara yang plural.
Demikian sambutan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X yang di bacakan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Yogyakarta malam tadi (17/03/10) di Bangsal Kepatihan Yogyakarta. Sambutan ini juga sekaligus menjadi pembuka acara Gelar Budaya Nusantara yang diadakan oleh APTISI Wilayah V DIY. Sebelumnya, menurut beliau bahwa Sultan sedianya akan menghadiri acara ini, tetapi karena ada sedikit masalah di Jakarta, beliau jadi tidak bisa datang. Beliau juga tak lupa memintakan maaf kepada yang hadir atas halangan Sri Sultan dalam acara ini.
Gelar Budaya Nusantara ini di harapkan dapat menggugah rasa empati dan rasa kemanusiaan untuk membangun peradaban bangsa. Memang, ketinggian cita rasa seni juga menunjukan tingkat peradaban suatu bangsa. Karena tanpa peradaban, tak akan ada bangsa. Hanya dengan membangun kembali cinta, kasih sayang dan perdamaian itulah, rasanya yang paling tepat, jika kita bertekad akan memulai membangun peradaban yang diikat oleh rasa persatuan sejati, sebagaimana di teladankan oleh para pejuang pendahulu kita. “ Sebagaimana saya sampaikan dalam berbagai kegiatan seni budaya, bahwa pengembangan seni tergantung bagaimana kita mampu membangkitkan inovasi dan kreativitas. Hanya jika kita mampu mengekspresikan dua kata kunci itulah, suatu gelar seni akan memiliki greget. Inovasi penting, karena merupakan pengembaraan gagasan kreatif untuk dapat menghasilkan penemuan orisinal. Inovasi dan kreativitas memang amat di perlukan bagi suatu bangsa, agar mampu berperan di dalam percaturan budaya global yang kian kompetitif. Dari gambaran itu jelaslah, bahwa Gelar Budaya Nusantara inipun harus di beri ruh baru, agar menjadi wahana penyadaraan akan arti pentingnya budaya Indonesia Baru. Disini puncak-puncak penyampaian seni yang dihasilkan dari proses kreatif para seniman dapat di peragakan di hadapan masyarakat kampus yang plural. Selain itu, dapat menjadi panggung hiburan, penyegaran dari hiruk pikuk masalah-masalah politik yang kini mulai menghangat kembali dan mewarnai kehidupan masyarakat sehari-hari “ Ungkap Sultan seperti yang di tirukan Sekda.



Acara yang berlangsung aman dan lancar ini menampilkan berbagai kreasi seni dari berbagai universitas yang ada di Yogyakarta. Antara lain, Paduan Suara dari Mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Tarian Riau ‘Sekapur Sirih’ dari mahasiswa INSTIPER, Tarian ‘Legenda Reog’ dari mahasiswa STIPRAM, Tarian Nias ‘Ya’ahowu’ dari mahasiswa UKRIM, Tarian Dayak dari mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST), Tarian Minahasa ‘Katrili’ dari mahasiswa UKDW, Tari ‘Cenderawasih’ Papua dari mahasiswa STPMD, Tari ‘Pendet’ Bali dari mahasiswa STIE YKPN, Tari ‘Saman’ Aceh dari mahasiswa UII, dan Musik Etnik dari mahasiswa UNRIYO serta pementasan Lawak dan foto bersama sebagai penutup acara.
“ Semoga Gelar Budaya Nusantara yang saya andaikan ‘Selendang Sutera Dari Yogyakarta‘ ini, tidak hanya sekedar untuk bernostalgia, tetapi juga benar-benar dapat menjadi ‘selendang sutera‘ yang lebih merekatkan tali persaudaraan dan silahturahmi antar sesama kita, antar etnik dan antar lintas agama “ ungkap HB X mengakhiri.

(Melki AS)
Continue Reading...

Featured

 

BIDADARI KECILKU

BIDADARI KECILKU

EKSPRESI

EKSPRESI

Once Time Ago

Once Time Ago

Aspiratif CyberMedia Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template