Pages

Kasih, Ku Damba Kau Dalam Kerinduan

Berdecaak kagum ketika ku melihati engkau
Terbayang semua kenangan masa lalu nan indah
Kita berlari
Kita bernyanyi
Bersama

Setelah sekian lama ku tinggalkan
Rindu menebal di dalam perasaan
Menyelimuti mimpi setiap malam
Menggebu asa ingin segera berjumpa

Kasihku,
Dulu kita sering berjumpa
Merajut kisah nan molek di depan cermin
Membakar asmara di dedaunan
Lantunkan lagu gambaran jiwa
Menyemilir air menerpa arus
Kita tertawa

Pantai menjadi saksi indah masa itu
Debur ombak seirama nada di hati
Di tepian riak kecil menggoda pelan
Ikan berdansa cha…cha…cha….

Tapi kini kau dimana
Parasmu menambah kerisauan malam
Hening terkekang sepi membentang
Tertusuk sukma kecil ini yang tak lekang ingatan
Dalam sketsa kecil gambar tua
Dalam lapuknya sinar sang mentari

Kasihku,
Kini ku hanya bisa memandangmu sekejap mata
Dari lembaran foto usang tua tak bercahaya
Dari paras yang mengguratkan masa-masa
Aku Bangga
Ku Bahagia

Meski kita sekarang jauh terpisah
Tapi kenangan bersama adalah anugerah
Yang tak tergantikan dari apapun
Tak pernah lekang oleh waktu
Tak tergerus air di laut

Kasihku…
Saat melihatmu hati bergetar
Kala mengenangmu hati terbakar
Aku meleleh dalam kerinduan panjang
Cair ku dalam khusyuknya sukma
Ingin mengulang masa lalu

Menangis daku kala ingat dirimu
Terhanyut daku dalam aliran tak bermuara
Mimpi menyelimuti malam-malam panjang
Menerawang kenyataan kita terpisah
Jauh….
Jauh…….
Tak terkira…..

Kasihku
Kini kita tinggal cerita
Selembar foto dan kenangan lama
Seuntai nada tak berirama

Tuhan…
Mungkinkah ada mukjizatmu untukku
Dengar satu permintaan kecil nurani terbelenggu ini
Aku ingin berjumpa, Ingin bersenda gurau
Tertawa bersama-sama lagi dengan Kekasihku
Yang tlah lama kutinggalkan
Yang tlah lama tak ter-kabarkan
Yang tlah lama kurindukan.

kasihku
Sungguh aku tak bisa lepaskan dirimu
Tinggalkan kasihmu hingga ku kembali
Hingga akhir nanti.
Hingga mati.


Melki AS, Jogja 09/02/10 (Hening Sepi Dalam Kerinduan)

(Untuk semua kekasihku yang lama kita tidak berjumpa, bersua dan bersenda gurau ria. Terimakasih Dini Destini atas kiriman fotonya. Kalianlah yang kurindukan. Kalianlah kekasihku semua. Semoga waktu kelak mempertemukan kita kembali. Amin)
Continue Reading...

Cerita Untuk Negeri;

Suara mengalun di keheningan malam
Denting gitar mendawai pecahkan kepenatan
Mengasa galau di tengah kepalsuan
Nyanyikan kasih kisah yang pilu

Semakin lama suara berdentang
Nada sumbang tak di hiraukan
Saksi luka hanyalah kebisuan

Pengamen kecil tidur di ubin toko tak beralas
Melawan dingin menyergap raga
Pikirkan nasib mungkinkah berubah

Merah matanya tanda kelelahan
Keringat mengucur di sela mimpi-mimpi
Tapi Pengamen kecil tetap bertahan

Ia tidak mengenal agama
Tidak mengenal arti pendidikan
Hanya tahu mencari nafkah
Menyambung hidup hari demi hari
Menambal nyawa yang tinggal separuh
Menanggung beban yang tidak pernah sirna

Menangis ia dalam keheningan
Tertawa dalam kepedihan hidup
Tapi
Ia bahagia
Ia sejuk bagai embun di dedaunan
Meski panas terik membakarnya
Meski hujan dingin mengguyur tubuhnya
Ia tetap bernyanyi untuk negeri

Oh……angin
Dengarkan suara sumbang ini
Kabarkan pada negeri ini sebuah kenyataan
Dan saksi tidak hanya menjadi cerita sunyi lorong yang gelap
Tidak menjadi nyanyi di kesepian remang

Pengamen kecil tidur di ubin toko tak beralas
Kau cerita untuk negeri

(Melki AS, Jogja 15/01/10; Pengamen kecil tidur di ubin toko tak beralas)
Continue Reading...

Sketsa Cinta Orang Jalanan

Gemericik air merintik hujan
Angsa kecil menari gembira
Bunga bernyanyi du…du….du…..

Pengemis tua duduk di jalan
Menanti pesan menanti berkah
Satu dua mata berbinar
Ingat nasib, ingat keluarga
Yang lama tlah di tinggalkan

Sekali pejamkan mata ia menangis
Meratap sendu rindu kampung halaman
Meski dengan asa dia bunuh sunyi
Meski rindu selimuti hati

Kelaparan menjadi semangat hidup
Bahagia di tengah guratan matahari, Kau..
Bergelut dengan selubung hujan
Kau masih berkorban
Suara kecil derita kemiskinan
Takkan pernah di hiraukan
Tinggal sepi menunggu Tuhan
Runduk..

Bocah kecil berlari telanjang dada
Nasib memakimu dan berpaling muka
Kau manyum menatap malam

Lentera redup teman tidurmu
Lorong gelap jalan takdirmu
Tapi..
Kau tak pernah menyerah
Kau akrab dengan pahit, perih dan terpuruk
Mendung malam membuka jalan untuk hidup
Membuka mimpi menyibak derita

Dan ketika
Hijau bunga menyambut pagimu
Bernyanyi kupu-kupu di rerantingan
Kau mantap menatap hidup
Setelah melewat rinai gerimis malam
Melangkahkan kaki bernyanyi menyambut mentari
Du….du…..du…………

(Melki AS, Jogja 09/01/10 ; Sketsa Cinta Orang Jalanan)
Continue Reading...

Ku Peluk Bara dalam Kekalutan

Kalut membelenggu tak bersuara
Menyimpan bara di tengah damai
Meneteskan asa panjang jalan sutera

Datang kau tawarkan impian dunia
Pergi kau tawarkan harapan hampa
Membalik fakta dari kebodohan
Membingkai rasa tinggalkan gulana

Aku terjebak ditengah jalan
Sesat dalam rimbanya pencarian
Gelap dalam terangnya binar
Tertekan dalam menyisakan penat

Kalut…………………
Semuanya remang

Aku jatuh di tikam impian
Perih meradang menusuk jiwa
Meratap dalam ketidakpastian jalan
Terbakar keinginan tak berpanjang

Bara bagai pisau bermata dua
Merah darah dekap derita dan air mata
Tapi tetap kan ku peluk cerita ini
Walau menggores luka menyayatkan hati

Jatuh daun kedalam api
Mentari jingga tiba di padangan
Tinggalkanlah budi tinggalkan hati
Hidup sendiri tak baik terkenang

Tapi satu yang kupinta
Lihat dan dengarkan suara ini

Karena derita adalah sepotong roda kecil pedati
Yang berputar dan jauh berlari
Meski berlumur dusta sepenggal derita
Bara……….
Ku peluk dikau dalam kekalutan
Ku genggam dikau meski terhinakan
Bara…….
Perhiasan hidup anak manusia

(Melki AS, Jogja 15/01/10, Bara; Sepotong Cerita Anak Manusia)
Continue Reading...

Sajak Kembara Sunyi

Terawang malam menemani kelam
Gugur senja diterpa angin
Bersimpuh ku dalam pelukan sang alam

Bersama duka ku lalui kenyataan
Dan layu lah bunga sebelum berkembang

Satu per satu gadis desa menari
Menyeringai, lugu berwarna warni
Tak kuasa mata terpejam
Dan harum aroma nafas tak seindah lamunan

Terduduk ku dalam beku nya harapan
Membisu sejuta pertanyaan
langkah gontai tak pernah berteriak
Kandas terkubur dalam bayangan
Bara pun padam tersiram luka
Terguncang
Bergetar
Diam
Mati

Dan...
Ketika jerit tak lagi di dengar
Kuntum pun kering, sepi, sunyi
Meninggalkan kenangan

Lelah ku bergelut dengan bayangan
Kembara padang tiada berujung
Rasa pun sirna terbuang di terpa gelombang

Aku ingin pulang

Aku ingin tidur
Mimpi bersenda dengan rembulan
Bernyanyi dengan bidadari-bidadari malam

Aku ingin pulang......

(Melki AS, Jogja 08/01/10; Sajak Kembara Sunyi)
Continue Reading...

Kelana Tua

Guratan wajah keriputmu masih membekas di pipi
Pekat bau matahari tak lekang dari tubuh
Kau pun tetap berdiri

Tergilas pahitnya zaman kau bertahan
Bertaruh dengan kejamnya sang asa
Berpacu dengan lincah nya putaran waktu
Kau terus berjalan

Cerita laut adalah kisahmu
Belantara liar nafas semangatmu
Badai dan ilalang selimuti kulit tipismu
Oh…..Kelana tua kecil dan kurus

Kini…..
Kegagahanmu mengarung samudera usai lah sudah
Belantara pun tak kau hiraukan lagi
Dan embun menangis melihatmu
Berteman melati setaman lemah tak berdaya
Dan cerita berganti masa
Mengubah sajak pudarkan sukma
Tinggalkan senyum kecil yang melintas dari bisunya sang nisan

Oh…….. Kelana tua……………
Senandung malam camar berdendang tak bisa kau dengarkan lagi
Langitlah tempatmu
Dalam sangkar kereta malam
Hidupmu terkurung
Tenanglah…
Tenang dalam tidur panjangmu
Dalam peluk kasih sang pemilik alam
Kau di kasihi
Kau di cintai
Dan kau kan terus dekat dalam hati ini

Bernyanyilah untuknya Tuhan
Senyumlah sebesar ketabahan yang ditaburkannya

Kelana tua….
Jangan kau sesali yang telah terjadi
Yakinlah Tuhan akan mengirim biduknya untukmu

Dan esok ketika kau buka jendela
Temukan damai dalam pembaringan
Kelana tua kecil kurus
Bapakku………

(Melki AS, Jogja 09/01/10 ; Telaga Renungan Sang Kelana Tua)
Continue Reading...

'Dan Sebelum Senja..

Samar dari jauh suara itu menyahut namaku
Suara yang berasal dari jeritan nurani terdalam
Mengisak gelak tawa menyisahkan pilu
Pelan...pelan....pelan.....
Pelan....pelan....pelan.....pelan.....
Pelan.......
Tapi sakit menusuk hati

Ku pejam mata bulat ini
tapi bayangnya selalu melambung
Kuasanya berenang menguasai akal

Oh Tuhan....tidak miriskah engkau
Aku menderita, aku sakit, aku terjerumus dalam jurang kehampaan
Aku hancur.....

Kerontang aku berusaha menepi
Semakin dekat tapi,
Tepian pun tak hendak aku menumpang hadir
Dan bidadari malam menanti lingkar
Menghadang jalan pupus harapan
Aku terjerembab ke dalam keputus asaan panjang

Tuhan Ilahi..............
Kau lah penolongku
Tiada kuasa aku menentang kehendakmu
Sejuta harap kenapa.....
kenapa.....
kenapa...........

Aku yakin kau tak pernah lelap
Dan aku yakin pintumu pasti banyak jalan
Untukmu
Untukku,
Untuk kami semua........
Takdir adalah keputusan

Mekar bunga karena-MU, Mati pun karena-MU
Dan, sebelum senja menyelimut
Tuhan....
Tolong Aku

Melki AS
Jogja 07/01/10, Sendiri Ku Renungi Takdirku
Continue Reading...

“Petang di Ujung Moncong Meriam Berkarat Di Pinggir Pantai’

Kepada kisah kau serahkan jasadmu
Petang membayang di ufuk barat
Di ujung moncong meriam berkarat di pinggir pantai

Ramah ilalang menyambut kedatangan
Bocah kecil botak beringus di pipi
Sambil berlari menepuk dada
Inilah sejarah
Inilah cerita

Sepoi angin berhembus menerpa pelan
Sejuk terasa damai dihati

Tapi sisa adalah sisa
Membias makna tersirat cerita
Meriam karat pun sirna
Rusak karena kepongahan dan kekuasaan sesat

Kini hanya kenangan bekas membayang
Usang dimakan hasrat kota
Dan cerita meriam berkarat berakhirlah sudah
Tanpa penantian dan perjuangan
Tanpa menjelma di dalam sukma

Kau sejarah
Kau ponggah
Ketegaranmu menatap laut
Kebengisanmu menakluk alam
Sia-sia tanpa guna

Kau kalah dengan tangan kuasa
Keangkuhanmu tak berkutik ketika orang mulai memperkosamu
Membawamu dalam Ketiadaartian

Sejenak damai pun berakhir
Membayang menatap langit
Mengingat Perjuangan dari dirimu
Yang kini mati...mati dan mati.....

Berantai hari terasa ingin bersatu
Setelah sekian lama tak berjumpa
Mengurai kisah, cinta dan manisnya bocah kecil
Menanti perjumpaan yang tertunda tertunda

Petang di ujung moncong meriam berkarat di pinggir pantai

(Melki AS, Jogja 12/01/10; Bengkulu Selatan, Kisah Kecil Bocah Ingusan)
Continue Reading...

Featured

 

BIDADARI KECILKU

BIDADARI KECILKU

EKSPRESI

EKSPRESI

Once Time Ago

Once Time Ago

Aspiratif CyberMedia Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template