Pages

Mahasiswa dan Tanggungjawab terhadap Perubahan

Soekarno berpesan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk tidak meninggalkan sejarah bangsanya sendiri (JASMERAH: Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah). Maka dari itu, sudah menjadi tanggung jawab daripada bangsa ini terutama masyarakat dan mahasiswa untuk selalu bertanggungjawab terhadap kesejarteraan dan kemakmuran bangsa. Hal ini tentunya tidak segampang untuk membalik telapak tangan semata. Perjuangan dan perngorbanan harus selalu dipikul oleh mahasiswa yang selalu mewarnai setiap gerak aktivitasnya. Soekarno dan kawan-kawan merasakan bahwa pergerakan haruslah ada untuk membuat kemajuan didalam bangsanya. Begitupun yang juga dilakukan oleh para pelajar STOVIA saat itu. Kelahiran organisasi Budi Utomo itulah yang akhirnya menjadi awal dari sebuah pergerakan untuk suatu aral kebangkitan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. Ki Hadjar Dewantara juga mewarnai pergerakaannya dengan banyak pengorbanan yang harus di tanggung bersama dengan Dr. Cipto Mangunkusumo dan EFE Dowes Dekker (Setiabudi). Sebagaimana yang pernah dilakukan Ki Hadjar dengan mendirikan partai politik pertama di Indonesia merupakan reaksi atas betapa pentingnya sebuah pergerakan dalam membangun dan menata bangsa untuk masa depan yang gemilang. Begitupun propogandanya yang dilansir dalam surat kabar deexpress ”andai aku seorang belanda” yang berhasil meniupkan ruh perjuangan kepada setiap elemen untuk melakukan pergerakan supaya bisa lepas dari ketertindasan.
Gerakan yang telah ditiupkan oleh para pendiri bangsa wakti itu sampai dengan gerakan Mahasiswa sekarang sejatinya selalu menjadi obat mujarab dan tolak ukur untuk menjawab setiap permasalahan yang ada di setiap negara. Begitupun juga dengan gerakan-gerakan mahasiswa di negara-negara lain. Gerakan mahasiswa menjadi simbol perlawanan terhadap kaum-kaum tertindas kaum-kaum yang termarjinalkan dan kaum-kaum yang tersakiti oleh sistem keadaan yang sudah sakit terlebih dahulu. Maka tak heran ketika melihat setiap pergerakan terutama mahasiswa lebih merapat bersatu dengan kaum buruh, kaum miskin maupun kaum yang merasa terzholimi oleh sistem. Itu karena mahasiswa merupakan elemen yang tak terpisahkan dari perjalanan peradaban sebuah bangsa. Sejarah dunia, baik di Timur maupun di Barat, telah menjadi bukti bahwa idealisme, kepeloporan, pemikiran kritis, konsistensi semangat perubahan, dan pergerakannya yang melekat pada sosok mahasiswa telah banyak mewarnai peradaban negeri-negeri diberbagai belahan dunia. Tidak terkecuali Indonesia. Kemerdekaan bangsa Indonesia atas kolonialisme yang telah berlangsung hampir 4 abad lamanya, merupakan buah dari kerja keras para tokoh muda yang lahir dari komunitas kampus. Bung Karno, Bung Hatta, HOS Cokroaminoto, dll, adalah motor penggerak rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya. Gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa. Dalam perjalanannya dari masa ke masa, bangsa ini telah mengenal beberapa dekade perjuangan mahasiswa.
Babak demi babak gerakan mahasiswa telah mengisi beberapa sejarah gerakan beserta konflik politik Indonesia. Sebagian dari gerakan tersebut seperti generasi 66 dan generasi 98 mampu menciptakan perubahan sampai pada perubahan penguasa (ruler), sebagian lainnya memang tidak mampu mencapai taraf tersebut tetapi layak disebut sebagai generasi gerakan karena mampu meningkatkan eskalasi konflik dengan penguasa dengan mobilisasi massa sehingga harus direpresif dengan keras oleh penguasa. Tetapi dalam dasawarsa ini gerakan mahasiswa bukan lagi menjadi gerakan utama dalam gerakan perlawanan terhadap penguasa. Setiap golongan diferensiasi masyarakat yang terkena imbas kebijakan pemerintah yang tidak populis sudah mampu untuk mengorganisasikan diri untuk melawan pemerintah. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, mahasiswa selalu menempati peran yang sangat strategis dari setiap peristiwa penting yang terjadi. Bahkan dapat dikatakan bahwa pemuda dan mahasiswa menjadi tulang punggung dari keutuhan perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang ketika itu. Peran tersebut juga tetap disandang oleh mahasiswa Indonesia hingga kini; selain sebagai pengontrol independen terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan penguasa, pemuda Indonesia juga secara aktif melakukan kritik, hingga mengganti pemerintahan apabila pemerintahan tersebut tidak lagi berpihak ke masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada kasus jatuhnya Pemerintahan Soekarno oleh gerakan mahasiswa, yang tergabung dalam kesatuan-kesatuan aksi mahasiswa dan pemuda tahun 1966. hal yang sama juga dilakukan oleh mahasiswa dalam menumbangkan pemerintahan Soeharto 32 tahun kemudian. Peran yang disandang pemuda Indonesia sebagai agen perubahan (Agent of Change) dan agen kontrol social (Agent of Social Control) hingga saat ini masih sangat efektif dalam memposisikan mahasiswa sebagai satu aktor penting dalam perjalanan bangsa ini. Sebab, sebagai sebuah negara dengan wilayah yang besar dan pendidikan politik masyarakatnya yang tidak merata, setiap pemerintahan yang berkuasa di Indonesia akan cenderung melakukan penyimpangan dalam setiap kebijakannya. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat sebagai stakeholder Republik Indonesia secara politis belum cukup aktif dalam mengupayakan kontrol dan pengawasan terhadap kebijakan dan prilaku politik penguasanya, sehingga peran mahasiswa dalam hal ini menjadi sangat penting dalam menstimulus partisipasi politik rakyat dalam upaya mengontrol setiap kebijakan yang dibuat penguasa.Peran mahasiswa dalam konteks ini kemudian juga mengalami cobaan hebat, dengan martir-martir bagi perjuangan mahasiswa pada Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan Semanggi II. Pada tiga peristiwa tersebut, sejatinya menegaskan kesungguhan dan ketulusan anak-anak muda penuh idealisme untuk membangun bangsa dan negaranya sesuai dengan cita-cita yang diguratkan oleh para pendiri republik ini. Meski harus diakui bahwa tragedi dan peristiwa tersebut menjadi penegas akan sikap mahasiswa dalam menolak setiap upaya dan tindakan yang melawan kehendak rakyat. Hal yang tidak kalah seriusnya yang menjadi penghalang bagi upaya dan langkah mahasiswa untuk terus memperjuangkan harapan dan keinginan rakyat adalah tindakan represif aparat. Tiga peristiwa penting dalam konteks pergerakan mahasiswa tersebut di atas adalah bukti bahwa kekerasan dan bentuk-bentuk militerisme menjadi satu ancaman serius bagi kelangsungan perjuangan mahasiswa. Benedict Anderson, seorang Indonesianist mengungkapkan bahwa sejarah Indonesia adalah sejarah pemudanya. Pernyataan Ben Anderson ini tak salah memang apabila dikaitkan dengan sejarah panjang bangsa Indonesia, di mana pemuda menjadi aktor dari setiap langkah perjalanan bangsa Indonesia. Pernyataan Ben Anderson ini tak salah memang apabila dikaitkan dengan sejarah panjang bangsa Indonesia, di mana pemuda menjadi aktor utama dari setiap peristiwa penting yang terjadi di Indonesia. Herbert Feith, Seorang Indonesianist lainnya menyatakan bahwa: “Pemikiran politik modern (pemuda) di Indonesia diawali oleh bangkitnya nasionalisme modern. Hal itu dimulai antara tahun 1900-an dan 1910-an, dengan munculnya sekelompok kecil mahasiswa dan cendikiawan muda yang memandang dunia modern sebagai tantangan terhadap masyarakat dan menganggap diri mereka sebagai pemimpin potensial di masa yang akan datang…, Dalam tahun-tahun 1920-an jumlah mereka (pemuda-pen) meningkat agak pesat, begitu pula alienasi mereka terhadap kekuasaan kolonial; banyak di antara mereka , khususnya yang menuntut ilmu di luar negeri, dipengaruhi oleh pelbagai ideologi seperti sosialisme, komunisme, reformisme Islam, dan nasionalisme India, China, dan Jepang” Apa yang dikemukakan oleh Ben Anderson dan Herbert Feith adalah sebuah keniscayaan sejarah, mengingat sejak jaman pergerakan nasional hingga saat ini, pemuda selalu menjadi tonggak dan aktor dari pendorong perubahan tersebut. Bahkan dengan sinis Francois Raillon menyebutkan bahwa karena peran pemuda dan mahasiswa yang begitu besar di Indonesia, maka dikenal adanya periodisasi. Periodisasi tersebut meliputi Angkatan 28, Angkatan 45, Angkatan 66, Angkatan 74, Angkatan 77/78, Angkatan 80-an, dan Angkatan 98 . Terlepas adanya asumsi bahwa periodisasi tersebut telah membatasi ruang gerak mahasiswa, karena terkesan eksklusif, namun keberadaan mahasiswa di luar kekuasaan politik harus diakui sangat efektif. Bahkan sekedar gambaran saja, langkah taktis-strategis yang dilakukan oleh Kelompok Sjahrir pada masa Penjajahan Jepang, yang banyak anggotanya merupakan mahasiswa kedokteran dan hukum mampu memberikan shock-therapy politik kepada Jepang karena kerja-kerja politik yang menolak kehadiran Jepang di Indonesia. Bisa jadi periodisasi dalam pergerakan mahasiswa dan pemuda hanya ingin menegaskan bahwa generasi muda nan gelisah tersebut dalam tiap jamannya mengukuhkan sikap dan keberpihakannya pada rakyat. Sebagaimana pergerakan politik lainnya, gerakan mahasiswa pun telah membangun satu kelompok politik yang diperhitungkan oleh penguasa dari tiap jamannya.
Ini bisa dipahami karena setelah Peristiwa Malari dan Gerakan Mahasiswa 1978, mahasiswa dibungkam. Menteri P dan K saat itu, Daoed Josoef, mengeluarkan kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK). Dengan kebijakan itu, dewan mahasiswa dibubarkan, dan yang tersisa hanyalah unit kegiatan mahasiswa dan senat fakultas, serta himpunan mahasiswa jurusan. Dalam konsep NKK/BKK, kegiatan kemahasiswaan diarahkan pada pengembangan diri mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat ilmiah. Dan, lebih dari itu, aktivitas mahasiswa berupa demonstrasi dikatakan sebagai kegiatan politik praktis yang tidak sesuai dengan iklim masyarakat ilmiah. Kegiatan kemahasiswaan "dipagari" pada wilayah minat dan bakat, kerohanian, dan penalaran. Selain itu, dalam Tri Darma Perguruan Tinggi dinyatakan bahwa fungsi perguruan tinggi adalah menjalankan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Depolitisasi yang diterapkan saat itu sungguh efektif sehingga selama beberapa tahun kegiatan mahasiswa jauh dari aktivitas demonstrasi. Juga ketika kebijakan Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) diterapkan oleh Menteri Fuad Hassan.

Melki AS
Continue Reading...

Tamansiswa, Ki Hadjar Dewantara, dan Pendidikan Modern


“Kalau dulu tidak ada orang yang bernama Soewardi Soeryaningrat, yang kemudian menjadi Ki Hadjar Dewantara, keadaan pergerakan kebangsaan Indonesia niscaya tak seperti yang kita alami“ Bung Karno
Ungkapan presiden pertama RI itu tentunya beralasan jelas. Terutama dalam pergerakan menuju Indonesia merdeka. Sebagaimana dahulunya bangsa ini dikuasai penjajah yang semua penerapan dalam pemerintahannya bersifat kolonial dan menindas. Termasuk pendidikan yang dirancang dan didesain sesuai dengan kehendak penjajah yaitu kolonialisme. Disinilah akhirnya keluar pemikiran anak bangsa yang sangat brilian dan cerdas. Sebagaimana sebuah media pembebasan Ki Hadjar yang terlahir dari seorang keturunan priyayi jawa, berjuang untuk mendirikan Tamansiswa. Dengan pendidikan yang diterapkan di Tamansiswa diharapkan bisa merubah keadaan bangsa. Dari sinilah dimulai pendidikan yang merdeka. Karena dengan pendidikan itu nantinya bisa membentuk identitas serta kepribadian manusia dan bangsa.
Membaca sejarah Ki Hadjar, memang tak bisa melupakan sejarah persekolahan rakyat yang dibangunnya. Gelar sebagai bapak pendidikan nasional merupakan bukti bahwa Ki Hadjar Dewantara terlahir untuk membebaskan pendidikan Indonesia yang kala itu tidak memerdekakan manusia bahkan menindas serta membodohi. Pendidikan kolonial yang diterapkan waktu itu hanya menciptakan anak-anak makin canggung hidupnya dalam masyarakat karena mendapat pendidikan dan pengajaran yang salah. Intinya membuat sang anak kemudian ketergantuan dan tidak bisa berdiri sendiri. Inilah akhirnya Tamansiswa datang dengan menawarkan pendidikan baru sebagai alat dan syarat untuk anak-anak hidup sendiri dan berguna bagi masyarakat. Pengajaran bagi Tamansiswa berarti mendidik anak agar menjadi manusia yang merdeka batinya, merdeka pikirannya dan merdeka tenaganya. Makanya didalam Tamansiswa KHD juga tak luput memasukan fatwa sebagai panduan untuk mengadakan pendidikan. Selain Pancadarma dan Tripusat pendidikan. Terutama Fatwa pertama suci tata ngesti mulya yang berarti dengan ilmu pengetahuan kita menuju kemuliaan yang berarti dengan ilmu yang luhur dan mulia yang nanti akan menyelamatkan dunia serta melenyapkan kebiadaban.
Konsep-konsep yang telah diberikan KHD dari awal ini memang masih sangat relevan untuk diterapkan kedalam dunia pendidikan sekarang. Seperti penerapan system among dan sebutan pamong untuk pengajar atau gurunya. Dengan menggunakan konsep ini niscaya tidak ada tirani ataupun dikotomi dalam pendidikan karena pamong dengan murid seperti yang dijabarkan KHD seharusnya seperti juru tani dalam berpikir, berperasaan dan bersikap. Juru tani harus menyerahkan dan mengabdikan dirinya pada kepentingan kesuburan tanamannya. Kesuburan tanaman inilah yang harus menjadi pusat perhatian dan kepentingan juru tani. Juru tani juga tidak membeda-bedakan dari mana asal tanaman itu, dari mana pupuk, dari mana asal kelengkapan atau dari mana asal ilmu pengetahuan. Namun harus dimanfaatkan segala yang menyuburkan tanaman menurut kodrat alam. Pamongpun harus punya karakter seperti juru tani, tidak membeda-bedakan anak didik, tetapi berusaha menciptakan anak didiknya itu tumbuh menjadi anak yang pintar, berjiwa merdeka dan tidak bergantung dan berharap bantuan orang lain (hal 63- 64). Itulah yang diharapkan KHD terhadap pendidikan ditanah air ini sehingga pendidikan bukan sebagai suatu pemaksaan. Inilah yang paling menyentuh dan relevan dari pandangan KHD dalam alam demokrasi. Artinya jangan memaksakan dan mematikan perkembangan alamiah sang anak didik. Akan tetapI, pendidikan harus bisa mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada pada anak didik. Oleh sebab itu, pendidikan dengan cara pemaksaan harus diganti dengan pendidikan yang bersifat among system. Yakni system yang memerdekakan pikiran, semangat dan kreativitas anak didik (hal 71) sehingga hukuman karena murid tidak menguasai pelajaran maupun hadiah ketika ia mampu menjawab pertanyaan harus dirubah karena tidak mendidik.
Masih banyak lagi yang bisa diuraikan dari semua ajaran KHD dalam buku “Pendidikan Modern dan Relevansi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara” itu. Dengan buku yang ditulis langsung pimpinan Tamansiswa itu, kita masih bisa sedikit memetik dari ajaran serta konsep KHD. Memang tidak begitu sempurna karena buku itu tidak sepenuhnya memuat apa yang telah diajarkan KHD tapi hanya pengulangan sejarah dan perbandingan dengan teknis pendidikan sekarang. Tapi dengan adanya buku itu, cukuplah kiranya untuk membasuh otak yang kering akan ajaran serta konsep pendidikan dari salah seorang anak bangsa asli yang sekarang masih terasa relevan bilamana diterapkan dalam pendidikan modern sekarang ini. Kiranyalah bagus untuk menjadi referensi bagi akademisi maupun mahasiswa serta pemikir-pemikir pendidikan untuk mengerti kemana arah dari pendidikan seperti yang dicita-cita founding father terdahulu agar pendidikan di Indonesia benar-benar berjalan sesuai dengan harapan bangsa ini sendiri. Bukan berdasakan desain kepentingan orang lain apalagi bangsa lain.

Melki Hartomi As
Continue Reading...

Eksotika Bengkulu, Obor Perjuangan Indonesia


Mengenal Indonesia rasanya tak lengkap kalau belum melihat Provinsi Bengkulu. Provinsi yang menjadi bagian dalam Negara Indonesia yang ke 25 ini lebih dikenal dengan sebutan bumi Rafflesia. Berdasarkan wilayahnya, bengkulu memiliki luas wilayah 144,52 km² dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 200.000 jiwa. Kota Bengkulu terletak di tepi pantai pulau Sumatra yang menghadap ke Samudra India. Provinsi Bengkulu sendiri terletak pada pantai barat pulau Sumatra pada posisi 101° 1' - 104° 46' BT dan 2° 16' sampai 5° 13' LS. Kenapa bengkulu disebut bumi Rafflesia, tentunya ada sejarah yang membuktikan bahwa Rafflesia Arnoldi (Padma Raksasa) pertama kali ditemukan oleh Stanfort Raffles di Bengkulu dan bunga ini termasuk dalam kategori bunga besar dan langka yang ada didunia. Amorphophalus titanum dan Rafflesia Arnoldi atau yang biasa disebut bunga bangkai ini memang sesuai dengan namanya karena disaat bunga ini mekar, banyak kumbang atau binatang kecil lainnya masuk sebagai pembantu penyerbukan dan kemudian mati karena kelopak ini menutup kembali sehingga memenjarakan hewan-hewan kecil itu. Dan disaat bunga itu mekar kembali, memang tercium aroma tak sedap karena berasal dari bangkai hewan yang telah membusuk. Tapi secara biologinya, Rafflesia Arnoldi lebih dikenal dengan sebutan padma Raksasa sedangkan bunga bangkai sebutan untuk Amorphophalus titanum
Amorphophalus titanium, seperti yang dikutif lewat situs Bengkulu Online, Bunga bangkai ini, menurut staf peneliti KRB Yuzammi, bukan merupakan tumbuhan parasit seperti Rafflesia arnoldi, tetapi mempunyai umbi, batang, dan daun sebagaimana layaknya tumbuhan yang lainnya. Yang unik dan langka dari bunga bangkai ini ialah waktu berbunganya yang muncul terkadang hanya sekali dalam dua atau tiga tahun. "Uniknya, tumbuhan ini tidak akan memunculkan daun dan bunga pada waktu bersamaan. Dengan kata lain, bila yang muncul dari umbinya adalah bunga, maka daunnya tidak akan ada. Begitupun sebaliknya kalau yang muncul dari umbinya daun, maka tidak akan pernah kelihatan bunganya," kata Yuzammi. Dan juga seperti yang diungkapkan oleh Hasan Zen, selaku gubernur bengkulu pada saat peringatan Hari Lingkungan Hidup Dunia ke-18 pada tanggal 5 Juni 1990, bahwa presiden Soeharto menetapkan si Padma RAksasa sebagai Puspa Langkah. Tentunya ini merupakan kebanggaan karena asset flora Bengkulu tidak hanya mampu menjadi puspa langkah tetapi juga mampu menjadi Puspa nasional yang membuat daya tarik sendiri dan berkelas layaknya bunga melati dan anggrek bulan yang didambakan keindahannya bagi setiap orang.
Sekilas itu pengenalan asset daerah secara flora bagi bengkulu, tapi secara lebih luas lagi, ternyata provinsi yang aman dan nyaman ini juga menyimpan kekayaan baik religi maupun budaya.
Dari segi kebudayaan, kita semua mungkin pernah mendengar istilah Tabot. Ya, acara yang digelar tiap tahun ini memang menjadi ikon penghasilan daerah dan juga merupakan tradisi kolosal tahunan yang turun temurun dilakukan. Seperti yang kita ketahui bahwa ritual Tabot bertujuan menghormati jasa-jasanya Hasan dan Husein yang merupakan pejuang islam yang meninggal dipadang karbala. Yang uniknya dari acara ritual ini ialah, acara ini dilakukan pada bulan muharam dan dilakukan selama sepuluh hari. Ritual terakhirnya dengan membuang Tabot ke laut bertujuan agar masyarakat mendapatkan berkah serta dijauhkan dari malapetaka. Acara ritual ini boleh dipercaya dan boleh tidak, tapi berdasarkan beberapa sumber, mereka mengatakan bahwa acara ini selain menghormati jasa Hasan dan Husein, memang bertujuan juga sebagai ritual penolak bala, yang mana bila tabot sudah terbuang, harapan akan keselamatan akan timbul. Masih kentalnya kepercayaan masyarakat akan hal inilah yang membuat ritual ini selalu kebanjiran peserta maupun penonton. Kalau kita menyaksikan langsung, lebih kurang seribu orang berdatangan hanya untuk melihat ritual ini. Bahkan tak hanya dari dalam negeri, pengunjung dari luar negeri pun bisa kita temui.
Berdasarkan historisnya, Bengkulu juga mempunyai kisah kasih bagi Indonesia Raya. Tahun 1923, sebelum RI merdeka, Soekarno resmi mempersunting Fatmawati yang mana merupakan Putri kelahiran Bengkulu asli.dan sejarah itu takkan terhapus sampai kapanpun karena dibalik itu semua tersirat perjuangan beliau yang andilnya besar bagi Indonesia. Tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dijalan Pegangsaan no 56 jakarta, dan untuk pertamakalinya Sang Saka merah putih diperkenalkan kepada setiap negara berkibar serta menjadi lambang mutlak bagi kemerdekaan itu sendiri. Kalau mengingat Sang Saka, merupakan suatu kebanggan tersendiri bagi masyarakat Bengkulu karena bendera itu pertama kali dijahit oleh tangan asli putri daerah.
Karena jasa dan andil yang besar bagi Negara, maka rumah kediaman Ibu Negara tersebut selalu diperbaiki dan dipugar seindah mungkin tanpa meninggalkan keasliaanya. Bahkan sekarang rumah itu menjadi salah satu objek wisata didaerah Bengkulu. Rumah yang berada dipusat kota, tepatnya disimpang lima itu, masih tetap mempunyai peralatan asli yang pernah dipakai ibu Negara tersebut. Ini merupakan asset yang tak bisa terlupakan generasi masyarakat Bengkulu. Kebanggan itu juga sangat menggembirakan karena selain, menjadi ibu Negara, ternyata anak dari beliau tersebut juga mampu menjadi penerus sang ayahnya “Bung Karno” dalam mengurus Negara. Ini merupakan kebanggan yang tak terkira karena dua generasi Bengkulu mampu dan terbukti menjadi ikon kemerdekaan bagi negaranya. Selain kediaman Fatmawati, rumah kediaman Soekarno juga menjadi penarik minat untuk berkunjung kekota Bengkulu. Dirumah yang berlokasi di anggut atas jalan Soekarno - Hatta itu, kita bisa menemulkan buku-buku kebanggan Soekarno yang dikeloksi oleh daerah. Seperti mengutip berita Kompas 9 Juni 2001, Vladimir putin sebagai presiden Rusia mengatakan bahwa Soekarno termasuk tokoh handal di abad 20-an. Hubungannya ialah kalau koleksi buku-buku yang langkah itu terus dijaga dan dirawat, tak ayal banyak pendukung serta pengagum Soekarno berdatangan ke Bengkulu untuk menyaksikan sisa sejarah seorang nasionalis Indonesia itu. Dan juga selain itu semua, koleksi Soekarno lainnya yang masih tertinggal sejak masa revolusi fisik sampai sekarang yang masih bisa kita temui itu ialah peninggalannya seperti sepeda, meja tamu, kursi tamu almari dan tempat tidur yang kesemuanya merupakan pakaian beliau sewaktu diasingkan sektitar tahun 1938 sampai 1942.
Selain itu semua, kita masih bisa menemukan sesuatu lainnya yang biasa dijadikan tempat untuk berrekreasi seperti wisata Batu Menangis, batu Tulis lawang Agung, kota tua perkampungan cina, monument Parr dan masih banyak lainya lagi yang tidakbisa dideskripsikan secara langsung.

Fort Marlborough, SEJARAH MINIATUR PENJAJAHAN INGGRIS

Penjajahan bangsa-bangsa Eropa di Indonesia tidak selalu meninggalkan luka sejarah yang mendalam tetapi juga meninggalkan peninggalan-peninggalan sejarah lainnya yang bisa saja memberikan eksotika (wisata sejarah-red) tertentu pada daerah dimana peninggalan itu berada. Bangunan tua ber-arsitektur Eropa adalah salah satu contoh yang bisa menimbulkan pemandangan dan suasana yang khas. Bangunan-bangunan tua itu banyak bertebaran di daerah-daerah Indonesia yang pernah menjadi pusat administrasi pemerintahan dan pertahanan kaum penjajah. Tak terkecuali di Provinsi Bengkulu dimana di daerah ini pernah dijajah bangsa Inggris.
Sewaktu Bengkulu dijajah oleh Inggris, sekitar tahun 1714 tentara Inggris sempat membuat bangunan sebagai pertahan militer di sana. Bangunan itu dibangun ditepi pantai kota Bengkulu. Tapi layaknya penjajahan ditanah air, tak terkecuali Inggris, bangunan itu juga dijadikan sebagai kantor pusat perdagangan dan pemerintahan Inggris. Bangunan itu bernama Fort Marlborough. Bangunan berupa benteng ini bisa jadi merupakan benteng peninggalan kerajaan Inggris terbesar di Indonesia sewaktu menjajah.
Dari fungsi strategisnya Fort Marlborough, merupakan pengawasan jalur perdagangan seperti lada yang melalui selat sunda. Dan sebagai pusat pemerintahan, Fort Marlborough dijadikan sebagai pusat pengendali. Mengutip situs bengkulu Online (Fort Marlborough “kota” dalam benteng, Nur Hidayati), dibenteng yang berluaskan 44.100,5 meter persegi itu dulunya terdapat 90 orang pegawai sipil dan militer yang tinggal dan bekerja di dalamnya. Benteng itu juga didesain sedemikian rupa sehingga tercermin keragaman aktivitas masyarakat yang berlangsung didalamnya.
Sekarang benteng itu menjadi objek wisata yang sangat terkenal disana. Dan seperti obyek wisata lainnya benteng ini pun menjadi tujuan para wisatawan domestik disela hari-hari libur. Dari benteng ini, selain bisa melihat Bengkulu dari atas, pengunjung juga bisa mengarahkan pandangan kelaut yang ombaknya selalu beriring-iringan teratur dari sisi baratnya
Sama halnya dengan keadaan benteng Vredeburg (Belanda-red) yang ada di Yogyakarta. Untuk masuk kedalam benteng Marlborough, terlebih dahulu kita melewati dua jembatan penyeberangan dari parit yang sudah kering tapi cukup dalam. Karena sebagai benteng pertahanan, bangunan itu memang dirancang untuk menghambat gerak perlawanan musuh. Sudah tentunya pengamanannya berlapis. Terbukti, kalau mau masuk kedalam terlebih dahulu kita harus melewati gerbang pertama lalu menyusuri lorong ysng berbelok. Disana kita bisa menemukan batu nisan yang ditujukan sebagai tugu peringatan terhadap Deputi Gubernur Inggris Richard Watt yang merupakan orang penting dikekuasaan benteng itu yang ditulis dalam huruf kuno. Selepas dari itu, kita masih diharuskan melewati ruang terbuka untuk menuju jembatan kedua. Disini juga kita bisa melihat makam dari residen Thomas Parr yang terbunuh pada bulan Desember tahun 1807. Baru setelah melewati jembatan kedua itu, kita benar-benar masuk kedalam area benteng. Sebelum masuk, terlebih dahulu kita disambut pintu yang masih asli yang sudah berumur lebih dari seratus tahun.dan setelah masuk, kita bisa menjumpai tiga buah ruangan yang tentunya mempunyai fungsi masing-masing. Seperti data yang diambil dari situs Bengkulu (Nur Hidayati) bahwa tiga ruangan itu berfungsi sebagai kediaman para perwira. namun pada tahun 1783 ruangan itu beralih fungsi menjadi gudang senjata. Ruangan yang pertama yang berlorong sepanjang 13,5 meter dan lebar 5 meter menyerupai lemari yang terbuat dari beton tebal.
Diujung lorong, setelah kita masuk dan turun kedalam, kita sampai pada tempat yang terkesan tertutup dan rahasia. Disini terkadang gelap dan berdasarkan sumber yang sama, dahulunya tempat ini difungsikan sebagai tempat penyimpanan harta dan disisi lain juga kita bisa melihat ruang istirahat bagi petugas benteng yang sedang tidak berjaga. Dan didalamnya juga kita bisa melihat dua buah ruangan yang difungsikan sebagai tempat tahanan militer. Sepanjang sayap benteng, kita bisa menemukan ruangan tempat tidur yang sangat kolosal dan cantik. Ruangan itu berpintukan yang terbuat dari besi dan melengkung. Disebelah lainnya kita juga bisa melihat ruangan yang bersumber sama sebagai komplek perkantoran. Dan sebelum tahun 1780-an sisi utara ini dijadikan sebagai ruangan bagi para pejabat sipil yang sudah senior dan juga tempatnya para perwira yang masih lajang. Dan kediaman gubernur beserta gudangnya berada di lokasi sebelah barat.
Kalau tadi dilihat dari samping, dari tengah pun benteng ini juga sangat menawan. Disini terdapat halaman yang luas menghijau dan disorot dengan pemandangan indah kelaut. Dan tentunya menjadi tempat yang sangat asyik sekali untuk bersantai. Dari tengah halaman itu pulalah kita bisa melihat jalan kecil yang menghubungkan antara gerbang utama yang ada diselatan dengan gerbang utara. Lebih leluasa sekali kalau kita naik keatas. Karena dari sana kita bisa menikmati pemandangan laut lepas secara terbuka.
Masuk kedalam area benteng pun, keterpukauan kita bisa bertambah karena benteng itu megah sekali dan masih terasa historisnya (nilai sejarah-red). Masih didalam juga, kita dengan sendiri bisa melihat tempat presiden pertama RI (Ir. Soekarno) dipenjarakan. Dan juga masih ada aksesoris lainnya sejak zaman penjajahan yaitu bekas meriam dan beberapa pelurunya. Layaknya benteng, bangunan itu juga mempunyai ruang-ruang tersendiri.
Itulah gambaran singkat mengenai Fort Marlborough. Sekiranya bisa menjadikan dasar pemikiran bagi generasi kedepan akan besar dan gigihnya perjuangan bangsa Indonesia saat itu (Revolusi Fisik-red) dalam melawan berbagai bentuk penjajahan, penindasan dan pemerasan yang dilancarkan oleh penjajah di tanah air ini. Semoga dengan adanya bukti sejarah seperti ini, kesadaraan kita sebagai pribumi, khusunya putra dan putri daerah, bisa untuk terus menjaga dan melestarikan sisa-sisa perjuangan sebagai bakti dan hormat kepada para pejuang yang telah berkorban demi bangsa dan negara. Sekaligus dengan adanya tulisan ini, semoga bisa mempererat integritas antara sesama (Bangsa Indonesia-red) tanpa terkecuali. Bhineka Tunggal Ika, walaupun kita berbeda-beda, tapi kita tetap satu jua. Terima kasih.(dari berbagai sumber)

Laporan : Melki AS
Continue Reading...

Tamansiswa HUT ke-86, Harus Terbuka Pada Masyarakat (1)


Seiring dengan moment Juli 2008, keluarga besar tamansiswa kembali menggelar perayaan dalam rangka memperingati hari kelahiran Tamansiswa yang jatuh pada tanggal 3 Juli. Perayaan hari ulang tahun tamansiswa kali ini dilaksanakan di pendopo agung tamansiswa dan berlangsung selama satu minggu dengan rangkaian acara yang berbeda. Dalam rangkaian acara yang disusun, terlebih dahulu kegiatan yang dilaksanakan dengan mengunjungi makam Taman Wijaya Brata, dimana disana terdapat makam dari Founding Father, guru besar bangsa ini Ki Hadjar Dewantara dan Nyi Hadjar Dewantara serta beberapa keluarga besar Tamansiswa. Acara yang dilakukan berlangsung sejak tanggal 30 juni dengan mengunjungi tempat peristirahatan terakhir Ki Hadjar Dewantara sebagai bapak pendiri Tamansiswa ini diikuti juga oleh 3 perwakilan dari beberapa cabang Tamansiswa yang ada di daerah-daerah. Setelah mengunjungi Taman Makam Wijaya Brata, malamnya tanggal 2 Juli 2008, diadakan sarasehan dan tirakatan untuk mengenang kembali sejarah Tamansiswa dan perjuangannya. Sedianya acara ini akan dihadirkan Sri Paku Alam ke IX sebagai nara sumber, akan tetapi digantikan oleh KRMT Prof DR. Sutomo dari puro pakualaman Jogja dan juga Nyi Iman Soedijat selaku murid langsung Ki Hadjar Dewantara (KHD) tetapi digantikan dengan Ki Sunarno dari perwakilan Tamansiswa Jakarta. Sebelum acara sarasehan ini dimulai, terlebih dahulu Ki Tyasno Sudarto, selaku Pimpinan Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa (MLPT) membuka acara. Disampaikan beliau bahwasannya memang usia daripada Tamansiswa ini sudah tua. Banyak romantika tapi pada dirinya Tamansiswa tidak pernah melepaskan perjuangannya untuk bangsa Indonesia. Lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa Tamansiswa merupakan satu-satunya perguruan yang tidak pernah memisahkan antara pendidikan, kebangsaan dan kebudayaan.
Tyasno juga menekankan ditengah arus globalisasi yang sangat deras dan era kapitalis ini, sudah menjadi tantangan bagi Tamansiswa untuk selalu mempertahankannya. Dan untuk mengatasi ini semua, dan dari sinilah kita harus mengembalikannya kepada nilai-nilai luhur yang pernah diajarkan oleh KHD. Menurutnya, Tamansiswa tidak hanya bisa mempertahankan nilai-nilai luhur itu, tapi juga harus bisa menjadi tauladan bagi masyarakat. Ini supaya apa yang dicita-citakan untuk menciptakan manusia merdeka seutuhnya dapat tercapai. Selain itu, pimpinan MLPT yang sekaligus Jenderal ini mengemukanan supaya Tamansiswa harus mulai membuka diri terhadap masyarakat biar mereka dapat merasakan kehadiran dan manfaat dari Perguruan ini. Beliau juga menyinggung mengenai perubahan manajemen ditubuh Tamansiwa. Menurutnya, manajemen yang konvensional dan tradisional harus dikembangkan lagi menjadi manajeman yang bersih, mandiri dan benar agar bisa mencari keuntungan bagi Tamansiswa (profit). ”untuk berkembang menjadi lebih baik, tentu dibutuhkan modal yang tidak sedikit. Oleh karena itu pengembangan bisnis yang masih sejalan dengan nilai luhur Tamansiswa harus dimaksimalkan. Misalnya dengan membangun berbagai fasilitas seperti percetakan modern, toko buku yang complete dan rumah sakit” demikian yang disampaikannya dalam sarasehan tersebut. Selain itu, beliau juga berpesan kepada seluruh Tamansiswa, tidak hanya yang hadir dan datang dalam perayaan tersebut tapi juga untuk warga Tamansiswa yang tidak sempat datang untuk selalu menjaga solidaritas diantara sesama dan pamong Tamansiswa harus bisa menjadi contoh bagi semuanya seperti keteladanan yang diajarkan oleh KHD.
Sejalan degan keterbukan Tamansiswa yang diungkapkan Ki Tyasno Sudarto, Sulasikin Murpratomo, mantan menteri negara Urusan Peranan Wanita (UPW) Kabinet presiden Soeharto juga mengatakan hal yang sama. Menurutnya, Tamansiswa sudah seharusnya membuka diri agar masyarakat merasakan manfaat dari pada ajaran luhur yang pernah disampaikan Ki Hadjar. Tidak hanya itu, berkenaan dengan tema HUT ”Kita Kembalikan Jati Diri Dengan Nurani dan Kobarkan Api Semangat Kebangsaan Indonesia” yang dilaksanakan tanggal 3 juli lalu, beliau juga mengomentarinya. Menurutnya, sebenarnya bukan mengembalikan, tapi merevitalisasi kembali sesuai dengan nurani. Selain itu beliau juga sangat bangga dengan usaha yang tertera didalam tema yang diusung yaitu kobarkan api semangat kebangsaan Indonesia. Sudah seharusnya disaat keadaan bangsa seperti ini, dari Tamansiswa mulai mengobarkan kembali api semangat kebangsaan itu. Dengan diadakannya perayaan kebangkitan Tamansiswa ini, diusianya yang sudah semakin senja, masih tampak kegembiraan dan kebanggaan yang dipancarkan dari raut wajahnya. Semangat untuk hadir dalam acara ini mengingkatnya bahwasannya beliau masih menjadi bagian dari keluarga besar Tamansiswa. Beliau juga sangat menjunjung tinggi apa yang diajarkan KHD dan beliau juga merasakan manfaat dari pada ajaran itu sendiri. Sementara itu, Priyo Dwiarso yang juga pengurus majelis luhur tamansiswa mengungkapkan bahwa Tamansiswa tidak boleh hanya menjadi simbol semata tapi harus kembali ke badan perjuangannya semula yaitu perjuangan pembangunan di masyarakat, makanya Tamansiswa tidak boleh hanya bergerak di kegiatan-kegiatan yang bersifat formal saja.
Ini tentunya senada dengan apa yang diucapkan Tyasno semula bahwasannya Tamansiswa harus kembali ke jati dirinya dalam arti luas. Tidak hanya usaha persekolahan tapi sebagai badan perjuangan. Disini juga Tyasno juga berpesan mengenai kaderisasi ditubuh Tamansiswa. ”Supaya eksistensi Tamansiswa tetap terjaga, Tamansiswa harus melakukan kaderisasi untuk mengganti peran para aktivis yang sudah tua. Organisasi Tamansiswa harus berani terbuka ke masyarakat dan melakukan diversifikasi usaha yang mendukung akan perjuangannya” ungkapnya. Acara yang dilaksanakan pagi hari ini juga dibarengi dengan dialog interaktif keluarga besar Tamansiswa. Dialog antara pamong dengan majelis luhur, dialog antara alumni dengan majelis luhur, dialog antara alumni dengan pamong dan dialog antara pamong sesama pamong. Dalam sesi diaolog, Ki Soeharto, perwakilan Tamansiswa Pematang Siantar Padang Sumatera Barat mengemukakan keluhannya bahwa ada kelunturan terhadap kebangsaan ini sendiri. Beliau mencontohkan bahwa bagaimana kacaunya generasi sekarang yang tidak mengetahui lagi wilayah Indonesia sendiri. Kemudian menurutnya, sumpah pemuda juga mengalami kelunturan dan wawasan kebangsaan sudah tidak begitu jelas kembali. Inilah yang seharusnya, bukan lagi harus bapak-bapak yang mempertanyakan hal semacam ini menurut Sulasiken Murpratomo. Sudah seharusnya sesama anak muda untuk mempertanyakan hal ini. Kenapa ini terjadi seperti ini. ”Harusnya yang mempertannyakan itu ya anak muda seperti kalian sekarang” ungkapnya pada Aspiratif. Dengan adanya sharing sesama keluarga besar Tamansiswa, Tyasno kembali menegaskan akan pentingnya memahami azas trikon. Terutama konvergensi. Menurutnya, hal yang terjadi seperti diungkapkan oleh Ki Soeharto itu karena pengaruh globalisasi yang besar terhadap bangsa ini. ”Masuknya budaya barat yang kurang tersaring akhirnya melanda kita. Melanda bangsa kita. Inilah dengan adanya azas konvergensi yang ada dalam konsep trikon yang diajarkan Ki Hadjar, akan menjadi penyaring, akan menjadi filter bagi budaya-budaya asing yang akan masuk ke Indonesia” paparnya.
Ki Prof. DR. Wuryadi, ketua III majelis luhur yang membidangi bagian pendidikan juga menambahkan permasalahan yang harus di pecahkan bangsa ini. ”Ini karena masalah pokok Tamansiswa adalah masalah pendidikan” ungkapnya. Dalam masalah pendidikan, beliau mengemukakan bahwa Tamansiswa sudah menolak akan ujian nasional yang dilakukan selama ini. Ini selaras dengan yang diajarkan Ki Hadjar yang melarang memberikan tekanan kepada anak didik. Tamansiswa lewat majelis luhur, seperti yang diungkapkan Ki Wuryadi menolak model ujian nasional imi karena Ki Hadjar sendiri melarang untuk mengkultuskan Ujian itu karena ujian hanya akan memberikan tekanan pada sang anak. Ujian juga menurutnya bukan untuk menentukan lulus atau tidak lulus seseorang. Karena kalau ujian sudah menentukan seperti itu, maka malapetaka pada pendidikan itu sendiri. Karena masyarakat tidak percaya lagi dengan guru. Tidak hanya ujian nasional yang di komentari oleh Prof. Wuryadi, beliau juga mengomentari akan standarisasi nilai yang diterapkan sekolah-sekolah. Setelah ujian memberikan tekanan, standarisasi turut memberikan kungkungan pada sang anak. Inilah yang ditentang oleh Ki Hadjar dan bertentangan dengan azaz ke tujuh. Tapi kalau ujian hanya untuk melihat peringkat kemampuan dari sang anak itu tidak apa-apa. Tapi yang paling jelas dan tegas, beliau menyarankan bahwasannya apa yang dilakukan itu harus menyokong kepentingan untuk kemajuan bangsanya. ”Baik tidak baik tergantung dengan kepentingan bangsanya” paparnya
Didalam acara dialog interaktif itu, hadir juga sebagai panelis Ki Joko yang merupakan keluarga besar Tamansiswa dan anggota komisi III DPR-RI. Cuma tidak banyak yang disampaikan Joko dalam acara itu. Beliau hanya bercerita setelah puluhan tahun, akhirnya beliau juga bisa duduk didepan seperti Ki Hadjar Dewantara puluhan tahun silam. Hal itu sudah lama diimpikannya dan baru sekarang bisa terrealisasikan. Sedikit yang dipaparkan Joko dalam acara itu seputar Tamansiswa, selebihnya beliau bercerita mengenai aktivitasnya di komisi III yang lagi sibuk.
Malamnya, masih dalam rangka perayaan HUT 86 Tamansiswa, semua peserta dan panitia serta keluarga besar Tamansiswa beserta masyarakat dihibur dengan kesenian yang dibawakan oleh murid-murid taman kesenian Tamansiswa. Didalam acara itu ditampilkan teatrikal koreodrama tentang Ki Hadjar Dewantara. Lebih kurang berdasarkan pantauan aspiratif, sekitar 100 orang lebih memadati acara itu. Acara yang merupakan asuhan Ki Priyo Dwiarso dan disutradari oleh Ki Wahyana Giri MC itu terkesan menarik dan sangat menggugah dari setiap yang menyaksikan. Dimana diceriterakan dalam teatrikalnya yang menggambarkan keadaan sebelum Ki Hadjar Dewantara lahir, masa kecilnya, masa perjuangannya sampai akhirnya beliau tiada. Selain menampilkan teatrikal, terlihat juga dalam screen yang besar film dokumentasi dari kehidupan Ki Hadjar Dewantara. Banyak penonton yang terpingkal-pingkal menyaksikan adegan yang dimainkan oleh anak kecil murid taman kesenian itu. Selain dari pembawaannya yang terbilang lucu, talent mereka sudah terasah dengan baik. Dari teatrikal itu juga bisa disaksikan bagaimana pahitnya bangsa Indonesia terutama rakyat kelas bawah dengan masuk dan bercokol nya penjajah di tanah air ini. Kolonial belanda selalu memaksa rakyat dan perempuan-perempuan diperlakukan seenaknya untuk dijadikan budak. Acara ini kelihatan lebih manis dengan menampilkan juga kolaborasi dengan Kelompok Sastra Kalimambu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (KSK FKIP UST) yang berperan sebagai rakyat dan sebagian berperan sebagi penjajah. Setelah hari kian beranjak malam, dengan berakhirnya deskripsi tentang Ki Hadjar Dewantara dan naiknya seorang orang Tamansiswa Bandung menjadi Presiden RI (Ir Soekarno), acara pun juga berakhir dengan penutup pesan bahwa ajaran Ki Hadjar merupakan warisan yang harus selalu diamalkan dan dijaga untuk kemajuan bersama seluruh umat. Diakhir penutupan malam kesenian, penonton juga dihibur dengan penyanyi cilik bintang Akademi Fantasi Indosiar (AFI Indosiar) yang membawakan lagu munajat cinta dari grup band The Rock. Ki Tyasno Sudarto pun juga memberikan suara emasnya lewat lagu kebangsaan dan terakhir menyanyikan lagu syukur secara bersamaan antara keluarga besar Tamansiswa beserta masyarakat.
Jumat 5 Juli 2008, kegiatan perayaan HUT Tamansiswa dilanjutkan dengan pertemuan akbar alumni Tamansiswa yang berkumpul dipendopo agung dan akan berjalan menengok sekolah-sekolah Tamansiswa yang ada di Jogjakarta. Tampak dalam temu alumni ini Nyi Mudjono dan Nyi Iman Soedijat yang merupakan murid langsung dari Ki Hadjar Dewantara. Walaupun kondisi badan yang tidak memungkinkan, tapi tampak dari binar mata keduanya akan kebanggaan mereka terhadap Tamansiswa yang masih bisa eksis sampai sekarang. Terlihat juga semangat dari keduannya yang seakan-akan tidak pernah pudar mengenang Tamansiswa dalam perjalanan hidupnya. Sebelum pertemuan dimulai, beberapa alumni sudah tampak bergembira dengan hiburan yang disajikan oleh murid-murid taman dewasa. Seperti yang aspiratif saksikan, alumni dan segenap keluarga besar tamansiswa disuguhi dengan pertunjukan drum band murid-murid taman dewasa yang membawakan lagu mars Tamansiswa dengan khikmat. Semuanya pun juga tampak meresapi alunan itu dengan Khidmat. Termasuk Nyi Mudjono dan Nyi Iman Soedijat. Setelah itu, pertunjukan dilakukan oleh murid-murid SMA Tamansiswa Sukabumi yang membawakan aksi barongsai. Masyarakat diluar tampak berkerumun menyaksikan pertunjukan itu dan Ki Tyasno untuk menghimbau agar mereka masuk untuk menikmati kesenian yang ditunjukan tidak hanya untuk kalangan Tamansiswa tapi juga untuk masyarakat. Pertunjukan itu membikin geli semua yang menyaksikan. Apalagi menyaksikan aksi barongsai yang cekatan dalam lompat-melompat. Permainan indah nan cantik itu berkat latihn yang akurat dan telaten dari murid-murid Tamansiswa. Diakhir permainan, tawa penonton kembali meledak ketika menyaksikan berbagai element dari tamansiswa mulai dari MLPT sampai jajaran dosen memberikan angpao untuk singa barongsai itu. Ki Tyasno, Ki Joko, Nyi Mudjono dan lainnya tampak semangat dan senang memberikan angpao kepada barongsai yang telah menghibur mereka semua.

Melki AS
Continue Reading...

Featured

 

BIDADARI KECILKU

BIDADARI KECILKU

EKSPRESI

EKSPRESI

Once Time Ago

Once Time Ago

Aspiratif CyberMedia Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template