Pages

Tamansiswa HUT ke-86, Harus Terbuka Pada Masyarakat (1)


Seiring dengan moment Juli 2008, keluarga besar tamansiswa kembali menggelar perayaan dalam rangka memperingati hari kelahiran Tamansiswa yang jatuh pada tanggal 3 Juli. Perayaan hari ulang tahun tamansiswa kali ini dilaksanakan di pendopo agung tamansiswa dan berlangsung selama satu minggu dengan rangkaian acara yang berbeda. Dalam rangkaian acara yang disusun, terlebih dahulu kegiatan yang dilaksanakan dengan mengunjungi makam Taman Wijaya Brata, dimana disana terdapat makam dari Founding Father, guru besar bangsa ini Ki Hadjar Dewantara dan Nyi Hadjar Dewantara serta beberapa keluarga besar Tamansiswa. Acara yang dilakukan berlangsung sejak tanggal 30 juni dengan mengunjungi tempat peristirahatan terakhir Ki Hadjar Dewantara sebagai bapak pendiri Tamansiswa ini diikuti juga oleh 3 perwakilan dari beberapa cabang Tamansiswa yang ada di daerah-daerah. Setelah mengunjungi Taman Makam Wijaya Brata, malamnya tanggal 2 Juli 2008, diadakan sarasehan dan tirakatan untuk mengenang kembali sejarah Tamansiswa dan perjuangannya. Sedianya acara ini akan dihadirkan Sri Paku Alam ke IX sebagai nara sumber, akan tetapi digantikan oleh KRMT Prof DR. Sutomo dari puro pakualaman Jogja dan juga Nyi Iman Soedijat selaku murid langsung Ki Hadjar Dewantara (KHD) tetapi digantikan dengan Ki Sunarno dari perwakilan Tamansiswa Jakarta. Sebelum acara sarasehan ini dimulai, terlebih dahulu Ki Tyasno Sudarto, selaku Pimpinan Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa (MLPT) membuka acara. Disampaikan beliau bahwasannya memang usia daripada Tamansiswa ini sudah tua. Banyak romantika tapi pada dirinya Tamansiswa tidak pernah melepaskan perjuangannya untuk bangsa Indonesia. Lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa Tamansiswa merupakan satu-satunya perguruan yang tidak pernah memisahkan antara pendidikan, kebangsaan dan kebudayaan.
Tyasno juga menekankan ditengah arus globalisasi yang sangat deras dan era kapitalis ini, sudah menjadi tantangan bagi Tamansiswa untuk selalu mempertahankannya. Dan untuk mengatasi ini semua, dan dari sinilah kita harus mengembalikannya kepada nilai-nilai luhur yang pernah diajarkan oleh KHD. Menurutnya, Tamansiswa tidak hanya bisa mempertahankan nilai-nilai luhur itu, tapi juga harus bisa menjadi tauladan bagi masyarakat. Ini supaya apa yang dicita-citakan untuk menciptakan manusia merdeka seutuhnya dapat tercapai. Selain itu, pimpinan MLPT yang sekaligus Jenderal ini mengemukanan supaya Tamansiswa harus mulai membuka diri terhadap masyarakat biar mereka dapat merasakan kehadiran dan manfaat dari Perguruan ini. Beliau juga menyinggung mengenai perubahan manajemen ditubuh Tamansiwa. Menurutnya, manajemen yang konvensional dan tradisional harus dikembangkan lagi menjadi manajeman yang bersih, mandiri dan benar agar bisa mencari keuntungan bagi Tamansiswa (profit). ”untuk berkembang menjadi lebih baik, tentu dibutuhkan modal yang tidak sedikit. Oleh karena itu pengembangan bisnis yang masih sejalan dengan nilai luhur Tamansiswa harus dimaksimalkan. Misalnya dengan membangun berbagai fasilitas seperti percetakan modern, toko buku yang complete dan rumah sakit” demikian yang disampaikannya dalam sarasehan tersebut. Selain itu, beliau juga berpesan kepada seluruh Tamansiswa, tidak hanya yang hadir dan datang dalam perayaan tersebut tapi juga untuk warga Tamansiswa yang tidak sempat datang untuk selalu menjaga solidaritas diantara sesama dan pamong Tamansiswa harus bisa menjadi contoh bagi semuanya seperti keteladanan yang diajarkan oleh KHD.
Sejalan degan keterbukan Tamansiswa yang diungkapkan Ki Tyasno Sudarto, Sulasikin Murpratomo, mantan menteri negara Urusan Peranan Wanita (UPW) Kabinet presiden Soeharto juga mengatakan hal yang sama. Menurutnya, Tamansiswa sudah seharusnya membuka diri agar masyarakat merasakan manfaat dari pada ajaran luhur yang pernah disampaikan Ki Hadjar. Tidak hanya itu, berkenaan dengan tema HUT ”Kita Kembalikan Jati Diri Dengan Nurani dan Kobarkan Api Semangat Kebangsaan Indonesia” yang dilaksanakan tanggal 3 juli lalu, beliau juga mengomentarinya. Menurutnya, sebenarnya bukan mengembalikan, tapi merevitalisasi kembali sesuai dengan nurani. Selain itu beliau juga sangat bangga dengan usaha yang tertera didalam tema yang diusung yaitu kobarkan api semangat kebangsaan Indonesia. Sudah seharusnya disaat keadaan bangsa seperti ini, dari Tamansiswa mulai mengobarkan kembali api semangat kebangsaan itu. Dengan diadakannya perayaan kebangkitan Tamansiswa ini, diusianya yang sudah semakin senja, masih tampak kegembiraan dan kebanggaan yang dipancarkan dari raut wajahnya. Semangat untuk hadir dalam acara ini mengingkatnya bahwasannya beliau masih menjadi bagian dari keluarga besar Tamansiswa. Beliau juga sangat menjunjung tinggi apa yang diajarkan KHD dan beliau juga merasakan manfaat dari pada ajaran itu sendiri. Sementara itu, Priyo Dwiarso yang juga pengurus majelis luhur tamansiswa mengungkapkan bahwa Tamansiswa tidak boleh hanya menjadi simbol semata tapi harus kembali ke badan perjuangannya semula yaitu perjuangan pembangunan di masyarakat, makanya Tamansiswa tidak boleh hanya bergerak di kegiatan-kegiatan yang bersifat formal saja.
Ini tentunya senada dengan apa yang diucapkan Tyasno semula bahwasannya Tamansiswa harus kembali ke jati dirinya dalam arti luas. Tidak hanya usaha persekolahan tapi sebagai badan perjuangan. Disini juga Tyasno juga berpesan mengenai kaderisasi ditubuh Tamansiswa. ”Supaya eksistensi Tamansiswa tetap terjaga, Tamansiswa harus melakukan kaderisasi untuk mengganti peran para aktivis yang sudah tua. Organisasi Tamansiswa harus berani terbuka ke masyarakat dan melakukan diversifikasi usaha yang mendukung akan perjuangannya” ungkapnya. Acara yang dilaksanakan pagi hari ini juga dibarengi dengan dialog interaktif keluarga besar Tamansiswa. Dialog antara pamong dengan majelis luhur, dialog antara alumni dengan majelis luhur, dialog antara alumni dengan pamong dan dialog antara pamong sesama pamong. Dalam sesi diaolog, Ki Soeharto, perwakilan Tamansiswa Pematang Siantar Padang Sumatera Barat mengemukakan keluhannya bahwa ada kelunturan terhadap kebangsaan ini sendiri. Beliau mencontohkan bahwa bagaimana kacaunya generasi sekarang yang tidak mengetahui lagi wilayah Indonesia sendiri. Kemudian menurutnya, sumpah pemuda juga mengalami kelunturan dan wawasan kebangsaan sudah tidak begitu jelas kembali. Inilah yang seharusnya, bukan lagi harus bapak-bapak yang mempertanyakan hal semacam ini menurut Sulasiken Murpratomo. Sudah seharusnya sesama anak muda untuk mempertanyakan hal ini. Kenapa ini terjadi seperti ini. ”Harusnya yang mempertannyakan itu ya anak muda seperti kalian sekarang” ungkapnya pada Aspiratif. Dengan adanya sharing sesama keluarga besar Tamansiswa, Tyasno kembali menegaskan akan pentingnya memahami azas trikon. Terutama konvergensi. Menurutnya, hal yang terjadi seperti diungkapkan oleh Ki Soeharto itu karena pengaruh globalisasi yang besar terhadap bangsa ini. ”Masuknya budaya barat yang kurang tersaring akhirnya melanda kita. Melanda bangsa kita. Inilah dengan adanya azas konvergensi yang ada dalam konsep trikon yang diajarkan Ki Hadjar, akan menjadi penyaring, akan menjadi filter bagi budaya-budaya asing yang akan masuk ke Indonesia” paparnya.
Ki Prof. DR. Wuryadi, ketua III majelis luhur yang membidangi bagian pendidikan juga menambahkan permasalahan yang harus di pecahkan bangsa ini. ”Ini karena masalah pokok Tamansiswa adalah masalah pendidikan” ungkapnya. Dalam masalah pendidikan, beliau mengemukakan bahwa Tamansiswa sudah menolak akan ujian nasional yang dilakukan selama ini. Ini selaras dengan yang diajarkan Ki Hadjar yang melarang memberikan tekanan kepada anak didik. Tamansiswa lewat majelis luhur, seperti yang diungkapkan Ki Wuryadi menolak model ujian nasional imi karena Ki Hadjar sendiri melarang untuk mengkultuskan Ujian itu karena ujian hanya akan memberikan tekanan pada sang anak. Ujian juga menurutnya bukan untuk menentukan lulus atau tidak lulus seseorang. Karena kalau ujian sudah menentukan seperti itu, maka malapetaka pada pendidikan itu sendiri. Karena masyarakat tidak percaya lagi dengan guru. Tidak hanya ujian nasional yang di komentari oleh Prof. Wuryadi, beliau juga mengomentari akan standarisasi nilai yang diterapkan sekolah-sekolah. Setelah ujian memberikan tekanan, standarisasi turut memberikan kungkungan pada sang anak. Inilah yang ditentang oleh Ki Hadjar dan bertentangan dengan azaz ke tujuh. Tapi kalau ujian hanya untuk melihat peringkat kemampuan dari sang anak itu tidak apa-apa. Tapi yang paling jelas dan tegas, beliau menyarankan bahwasannya apa yang dilakukan itu harus menyokong kepentingan untuk kemajuan bangsanya. ”Baik tidak baik tergantung dengan kepentingan bangsanya” paparnya
Didalam acara dialog interaktif itu, hadir juga sebagai panelis Ki Joko yang merupakan keluarga besar Tamansiswa dan anggota komisi III DPR-RI. Cuma tidak banyak yang disampaikan Joko dalam acara itu. Beliau hanya bercerita setelah puluhan tahun, akhirnya beliau juga bisa duduk didepan seperti Ki Hadjar Dewantara puluhan tahun silam. Hal itu sudah lama diimpikannya dan baru sekarang bisa terrealisasikan. Sedikit yang dipaparkan Joko dalam acara itu seputar Tamansiswa, selebihnya beliau bercerita mengenai aktivitasnya di komisi III yang lagi sibuk.
Malamnya, masih dalam rangka perayaan HUT 86 Tamansiswa, semua peserta dan panitia serta keluarga besar Tamansiswa beserta masyarakat dihibur dengan kesenian yang dibawakan oleh murid-murid taman kesenian Tamansiswa. Didalam acara itu ditampilkan teatrikal koreodrama tentang Ki Hadjar Dewantara. Lebih kurang berdasarkan pantauan aspiratif, sekitar 100 orang lebih memadati acara itu. Acara yang merupakan asuhan Ki Priyo Dwiarso dan disutradari oleh Ki Wahyana Giri MC itu terkesan menarik dan sangat menggugah dari setiap yang menyaksikan. Dimana diceriterakan dalam teatrikalnya yang menggambarkan keadaan sebelum Ki Hadjar Dewantara lahir, masa kecilnya, masa perjuangannya sampai akhirnya beliau tiada. Selain menampilkan teatrikal, terlihat juga dalam screen yang besar film dokumentasi dari kehidupan Ki Hadjar Dewantara. Banyak penonton yang terpingkal-pingkal menyaksikan adegan yang dimainkan oleh anak kecil murid taman kesenian itu. Selain dari pembawaannya yang terbilang lucu, talent mereka sudah terasah dengan baik. Dari teatrikal itu juga bisa disaksikan bagaimana pahitnya bangsa Indonesia terutama rakyat kelas bawah dengan masuk dan bercokol nya penjajah di tanah air ini. Kolonial belanda selalu memaksa rakyat dan perempuan-perempuan diperlakukan seenaknya untuk dijadikan budak. Acara ini kelihatan lebih manis dengan menampilkan juga kolaborasi dengan Kelompok Sastra Kalimambu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (KSK FKIP UST) yang berperan sebagai rakyat dan sebagian berperan sebagi penjajah. Setelah hari kian beranjak malam, dengan berakhirnya deskripsi tentang Ki Hadjar Dewantara dan naiknya seorang orang Tamansiswa Bandung menjadi Presiden RI (Ir Soekarno), acara pun juga berakhir dengan penutup pesan bahwa ajaran Ki Hadjar merupakan warisan yang harus selalu diamalkan dan dijaga untuk kemajuan bersama seluruh umat. Diakhir penutupan malam kesenian, penonton juga dihibur dengan penyanyi cilik bintang Akademi Fantasi Indosiar (AFI Indosiar) yang membawakan lagu munajat cinta dari grup band The Rock. Ki Tyasno Sudarto pun juga memberikan suara emasnya lewat lagu kebangsaan dan terakhir menyanyikan lagu syukur secara bersamaan antara keluarga besar Tamansiswa beserta masyarakat.
Jumat 5 Juli 2008, kegiatan perayaan HUT Tamansiswa dilanjutkan dengan pertemuan akbar alumni Tamansiswa yang berkumpul dipendopo agung dan akan berjalan menengok sekolah-sekolah Tamansiswa yang ada di Jogjakarta. Tampak dalam temu alumni ini Nyi Mudjono dan Nyi Iman Soedijat yang merupakan murid langsung dari Ki Hadjar Dewantara. Walaupun kondisi badan yang tidak memungkinkan, tapi tampak dari binar mata keduanya akan kebanggaan mereka terhadap Tamansiswa yang masih bisa eksis sampai sekarang. Terlihat juga semangat dari keduannya yang seakan-akan tidak pernah pudar mengenang Tamansiswa dalam perjalanan hidupnya. Sebelum pertemuan dimulai, beberapa alumni sudah tampak bergembira dengan hiburan yang disajikan oleh murid-murid taman dewasa. Seperti yang aspiratif saksikan, alumni dan segenap keluarga besar tamansiswa disuguhi dengan pertunjukan drum band murid-murid taman dewasa yang membawakan lagu mars Tamansiswa dengan khikmat. Semuanya pun juga tampak meresapi alunan itu dengan Khidmat. Termasuk Nyi Mudjono dan Nyi Iman Soedijat. Setelah itu, pertunjukan dilakukan oleh murid-murid SMA Tamansiswa Sukabumi yang membawakan aksi barongsai. Masyarakat diluar tampak berkerumun menyaksikan pertunjukan itu dan Ki Tyasno untuk menghimbau agar mereka masuk untuk menikmati kesenian yang ditunjukan tidak hanya untuk kalangan Tamansiswa tapi juga untuk masyarakat. Pertunjukan itu membikin geli semua yang menyaksikan. Apalagi menyaksikan aksi barongsai yang cekatan dalam lompat-melompat. Permainan indah nan cantik itu berkat latihn yang akurat dan telaten dari murid-murid Tamansiswa. Diakhir permainan, tawa penonton kembali meledak ketika menyaksikan berbagai element dari tamansiswa mulai dari MLPT sampai jajaran dosen memberikan angpao untuk singa barongsai itu. Ki Tyasno, Ki Joko, Nyi Mudjono dan lainnya tampak semangat dan senang memberikan angpao kepada barongsai yang telah menghibur mereka semua.

Melki AS

0 komentar:

Posting Komentar

Featured

 

BIDADARI KECILKU

BIDADARI KECILKU

EKSPRESI

EKSPRESI

Once Time Ago

Once Time Ago

Aspiratif CyberMedia Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template