Pages

HAUL ke-87 Perguruan Tamansiswa


Dalam rangka memperingati hari jadi Tamansiswa yang ke-87 (03 Juli 1922-03 Juli 2009), Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa (MLPT) mengadakan serangkaian acara yang digelar di Pendopo Agung Tamansiswa jalan Tamansiswa Yogyakarta. Ki. R. Bambang Widodo selaku ketua panitia pelaksana dalam pelaporannya mengungkapkan bahwa ada serentetan acara yang sudah digelar maupun yang baru akan digelar. Antara lain ialah ziarah wisata ke makan pendiri Tamansiswa, Ki Hadjar Dewantara dan Jenderal Besar Soedirman yang dilaksanakan tanggal 20 Juni 2009 yang diikuti 100 siswa/siswi taman Madya/Taman Karya Madya Ibu Pawiyatan dan Tamansiswa cabang jetis serta SMA taruna Nusantara. Selanjutnya, 25 Juni 2009 bekerjasama dengan Dinas Sosial DIY,mengadakan workshop Bimbingan Pelestarian Nilai-Nilai Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial bagi pamong yang diikuti oleh 60 pamong se-DIY dan Jateng. Malam kamis, 02 Juli 2009, mengadakan refleksi dan pentas Prestasi seni di pendopo Agung Tamansiswa. Besoknya, 03 Juli 2009,diadakan upacara bendera dan bedah buku karya Ki Hadjar Dewantara “Menuju Manusia Merdeka” di Pendopo Agung Tamansiswa. Dan, terakhir, minggu 05 Juli 2009, diadakan gerak jalan sehat dengan start dan finish di Pendopo Agung Tamansiswa.
Dengan dihadiri ratusan orang terdiri dari para pamong Tamansiswa, siswa/siswi Tamansiswa, mahasiswa Tamansiswa, tamu undangan, para pinisepuh dan jajaran majelis Luhur Tamansiswa, Ki Tyasno Sudarto selaku Ketua Umum MLPT menyampaikan orasinya. Dalam pidato orasinya kali ini, Tyasno mengungkapkan bahwa perkembangan dan pengaajaran di Indonesia berlangsung sangat cepat dan progresif. Pemerintah sering melakukan perubahan sistem diknas yang kadang aplikasinya tidak sesuai dengan kondisi di perguruan. Namun konsep KHD masih sangat relevan untuk kalangan pendidikan dimanapun berada.
Tyasno juga menyinggung sistem ujian nasional (UNAS), yang sebelumnya dalam malam “refleksi dan pentas prestasi seni” coba dibandingkannya antara peraturan yang dibuat pemerintah yang hanya mengembangkan kemampuan intelektualitas saja dengan yang dilakukan oleh Tamansiswa. “Ujian nasional sekarang dinilai dari pelajaran-pelajaran itu saja, dan kalau anak tidak bisa menyelesaikannya, berarti sang anak tidak lulus. Padahal itu hanya mengembangkan intelektualitas semata. Tamansiswa tidak seperti itu. Tamansiswa juga melihat budi pekerti sang anak. Dan evaluasi belajar untuk sang anak sesuai dengan konsep KHD bahwa yang paling tepat melakukan ialah pamong pengajar masing-masing. Lalu dengan adanya sistem UNAS yang baru ini, tentunya akan menimbulkan kesulitan bagi pamong/guru dan peserta didik” ungkapnya.
Masih menurut beliau bahwa perubahan sistem diknas sebaiknya dilakukan secara bertahap sesuai kondisi objektif di lapangan. Beliau juga kurang sepaham dengan teori lama yang mengatakan bahwa sang anak diibaratkan seperti lembaran putih bersih. Itu karena akan menimbulkan kecenderungan penyeragaman dalam memberikan pendidikan. Padahal, konsep KHD mengatakan bahwa sang anak sejak lahir secara kodrat illahiah telah membawa sifat dan bakat bawaan. Dan talenta ini yang perlu dikembangkan secara Tut Wuri Handayani. “ Beberapa cabang Tamansiswa ada yang mengikuti pendidikan inklusi yang di programkan oleh pemerintah. Pendidikan kognitif yang tidak diimbangi pendidikan afektif cenderung memberi pendidikan yang tidak sesuai dengan potensi sang anak. Bila pendidik salah dalam memberikan arahan pada peserta didik, maka deviasi sifat ini akan melekat sepanjang hayat siswa, sehingga potensi pribadinya tidak dapat berkembang maksimal. Makanya Pendidikan dan Pengajaran di Tamansiswa diberi muatan khusus berupa pendidikan budi pekerti, pendidikan ketamansiswaan dan pendidikan wawasan nusantara (kebangsaan)” ujarnya tegas.
Sebelumnya, dalam Refleksi dan Pentas Prestasi Seni tanggal 02 Juli 2009 yang diadakan di pendopo Agung Tamansiswa, beliau melontarkan akan betapa pentingnya pendidikan budi pekerti yang akan membentuk karakter (watak) bulatnya jiwa manusia. Baginya, mengutip pemikiran KHD, orang-orang yang mempunyai budi pekerti, senantiasa memikirkan dan merasakan serta memakai ukuran, timbangan dan dasar yang pasti dan tetap.
“Pendidikan adalah usaha kebudayaan yang bertujuan memberi tuntunan dalam perkembangan tubuh dan jiwa sang anak agar mendapatkan kemajuan dalam kehidupan lahir dan batin menuju adab kemanusiaan. Adab kemanusiaan berarti keluhuran dan kehalusan budi manusia yaitu kesanggupan dan kemampuannya akan kewajiban menuntut kecerdasan, keluhuran dan kehalusan budi pekerti bagi dirinya. Manusia-manusia yang beradab membentuk masyarakat satu lingkungan alam dan menciptakan kebudayaan bersama yang bercorak khusus dan pasti” ungkapnya.
Menurutnya, pelajaran kesenian dengan norma estetika dan etika sangat membantu memperhalus budi pekerti dan mempertajam kecerdasan batin yang selanjutnya dapat membentuk watak sang anak. Kesenian yang dapat memberi konsumsi jiwa yang positif adalah kesenian yang mengandung keindahan serta lengkap. Pelajaran kesenian dalam sistem among sering mempergunakan metode ‘dolanan” (kinder spellen) agar peserta didik dapat menghayati pelajaran. “makanya, sejak lahirnya perguruan Tamansiswa, mata pelajaran kesenian merupakan mata pelajaran intra kurikuler karena sangat membantu pembentukan watak” tegasnya.
Dalam kesempatan ini juga, Ki Tyasno sempat menyinggung tentang bahayanya globalisme. Baginya globalisme akan membawa ajaran serta ideologi yang bersifat materialisme yang tentunya akan berpihak pada kapitalisme dan liberalisme. Dan itu sangat bertentangan dengan jiwa asli yang ada di Tamansiswa.
Mengakhiri pidatonya di hari jadi Tamansiswa, Tyasno berpesan untuk terus selalu mem-peka-kan wawasan kebangsaan dengan mempertahankan keutuhan NKRI. “ Sedumuk bathuk senyari bumi, den labuhi tumekeng pati (sejengkal tanah air harus dibela dengan jiwa dan raga kita)”. Beliau juga menambahkan untuk untuk mempergunakan hak pilih sebaik-baiknya dalam pilpres kali ini. “ Pilihlah pimpinan negaramu yang tepat, yang dapat menyalurkan aspirasi seluruh rakyat Indonesia, yang dapat membela rakyat kecil, yang mampu meningkatkan derajat bangsa setingkat dengan bangsa lain. Pilihlah presiden yang dapat menyalurkan aspirasi serta cita-cita luhur perguruan Tamansiswa. Sedang Tamansiswa sebagai institusi tidak dibenarkan berpihak pada salah satu kontestan pilpres” ungkapnya mengakhiri.
Dalam peringatan kali ini, disuguhkan berbagai kreasi prestasi dari anak-anak didik Tamansiswa antara lain penampilan seni Tari Bali yang dibawakan oleh siswi Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa. Selain itu ada juga pertunjukan seni Dolanan Anak “Soyang” yang dibawakan oleh siswa siswi Taman Muda Ibu Pawiyatan (juara II Tk. Kota Yogyakarta dan Juara III tingkat Provinsi DIY), geguritan oleh siswi Taman Dewasa Tamansiswa ( juara I tingkat kota Yogyakarta) dan teater TEMA oleh siswa siswi Taman Madya Ibu Pawiyatan ( juara I tingkat Provinsi DIY) serta penampilan musik klasik yang dibawakan oleh mahasiswa mahasiswi dari Unit Kegiatan Seni Mahasiswa Musik Dewantara (UKM MD) Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.

Melki As

0 komentar:

Posting Komentar

Featured

 

BIDADARI KECILKU

BIDADARI KECILKU

EKSPRESI

EKSPRESI

Once Time Ago

Once Time Ago

Aspiratif CyberMedia Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template