Pages

Menyongsong Pilkada Kota MANNA


Hanya dalam hitungan waktu, Kota Manna (Kabupaten Bengkulu Selatan Provinsi Bengkulu) akan menyelenggarakan pesta demokrasi lokal pemilihan calon Bupati dan wakilnya. Tapi, sampai saat ini (mendekati proses pemilihan), permasalahan yang ada bukannya berkurang. Malah persoalan kian bertambah setiap hari, waktu dan jam. Kota Manna yang lekat dengan semboyan ” Manna Kota Kenangan ” seolah menyiratkan gerbang menuju kehancuran. Sekarang pun realitannya Kota Manna mungkin (sudah) tinggal kenangan. Kemajuan yang semu serta tidak kompetitif dan kurang dalam mensejahterakan masyarakat sudah sangat mengindikasikan terjadinya krisis di tubuh pemerintahan Kota Manna. Contohnya, tidak komitnya para pejabat lokal untuk memajukan daerah baik lewat pariwisata, transparansi kinerja dan lain-lain. Hanya ada segelintir orang yang berusaha memajukan daerah ini, tapi itu tidak cukup karena tidak dibarengi dengan antusiasme birokrasi akan usaha terhadap suatu kemajuan. Itulah akhirnya Kota Manna seperti mati suri dan terlelap terus tanpa gema. Jangankan untuk bergema di mata internasional, dalam negeripun manna sangat jauh tertinggal.
Disisi lain, permasalahan di kota Manna semakin menjadi-jadi. Realitanya, hampir setiap hari keadaan penerangan (LISTRIK) byar pet (mati) tanpa kenal waktu dan jam. Kalaupun nyala, tegangan yang akan dipergunakan masyarakat tidak sesuai dengan proporsionalnya. Padahal, masyarakat selalu membayar biaya listrik meskipun tarif dasar listrik (TDL) setiap tahun semakin naik. Lalu, apakah ini yang bisa diberikan pemerintah daerah atas upaya mendukung para eksekutif lokal berkuasa di kota kenangan ini?
Menjadi PNS (pegawai negeri sipil) pun, juga tidak diukur lewat kapasitas maupun kapabilitas dari person yang ada (abai terhadap intelektualitas). Semua disamakan berdasar materi serta kemampuan suap-menyuap dengan instansi pemerintah tingkatan lokal. Sehingga terjadinya carut marut dalam tubuh kepegawaian karena selalu terjadi percobaan-percoban nakal dengan mengambil kesempatan dalam kesempitan. Hal ini akan selalu beranak pinak dan terjadi terus menerus kedepan. Dan paradigma berpikir masyarakat akan selalu dikotakkan serta dibodohin dengan obral janji. Artinya akan selalu melahirkan generasi yang opportunis, tidak kritis, kurang kreatif progresif, tidak revolusioner dan bodoh sehingga gampang untuk dikibuli dengan segudang janji-janji palsu. Mirip dengan keadaan bangsa sewaktu dizaman kolonialisme. Hanya berbeda waktu dan masa terjadinya saja. Konkritnya, untuk menjadi seorang pegawai negeri sipil baik guru, kantoran, tentara, polisi dan lain-lain, bila tidak ada pelicin, sekalipun pintar, maka akan susah untuk lolos. Sebaliknya, sekalipun bodoh, asalkan pelicin banyak dan lancar, maka peluang itu akan terbuka lebar dan kesempatan goal-nya akan semakin besar. Astarfirullah, sudah separah inikah penyakit yang menggerogoti Kota Manna ini?
Bahkan analoginya yang memungkan lebih parah (maaf) bilamana tidak ada perubahan, kurun waktu 10-20 tahun kedepan, anjingpun bisa pulang dengan berseragam kepegawaian.

BUTUH PEMIMPIN YANG KRITIS OBYEKTIF DAN VISIONER
Maju mundurnya daerah secara birokratis, menjadi tanggung jawabkepala daerah dan instansi-instansi yang ada dibawahnya. Maka daripada itu, diperlukan suatu badan perencanaan pembangunan yang orangnya betul-betul mengerti dan siap untuk perkembangan kedapan. Tapi, melihat realita sekarang, benak kita akan selalu diliputi pertanyaan ”apa yang telah dimajkanu?”.satu-satunya yang maju hanyalah keadaan fisik rumah dinas bupati yang telah sampai merangsek kelapangan sekundang. Entah untuk apa ini dilakukan, tapi kemungkinan penulis beranggapan supaya indah dilihat dan enak dipandang mata tanpa melihat kebutuhan lainnya dimasyarakat yang lebih substansial (tidak sesuai essensi dan kurang proporsianal dan tidak profesional). Dalam perencanaan perkembangan pembangunan daerah artinya harus juga punya standar dan menyesuaikan dengan keadaan masyarakat yang ada. Artinya rencana-rencana strategis pembangunan kedepan memang harus sudah diatur dengan matang dengan ukuran yang pas dan bersosialisasi dengan masyarakat. Lihat contoh taman kota serta taman rekreasi di pasar bawah yang sekarang terabaikan dan hampir rusak dan hancur dimakan zaman. Apakah ini yang telah dilakukan pemerintah terhadap aset yang ada? Sudah seharusnya aset itu dijaga dan dilestarikan supaya menjadi lebih baik. Bukannya dengan membiarkan rusak dan terbengkalai. Tapi mau apa, kemungkinan proyek manjaga dan melestarikan taman reksreasi tidak sebanding dengan proyek baru yang bernilai lebih (uangnya tidak banyak yang bisa dimasukan kantong pribadi). Makanya sekarang tak ayal kalau kita lihat proyekpun pengerjaannya semakin amburadul dan tampak tidak terencana dengan matang. Pelebaran jalan serta Pembangunan jalur dua arah dan pemasangan rambu traffic light contoh konkritnya. Mengenai pelebaran jalan dan traffic light, bukan sesuatu yang buruk untuk dilakukan. Tapi apakah sudah pantas mengingat volume kendaraan di Manna masih minim? Sementara, sekolah-sekolah dan fasilitas pemerintahan lainnya masih banyak yang rusak dan butuh perbaikan segera. Lagi-lagi untuk mencapai (tercapainya) suatu rencana pembangunan yang lebih profesional dan efektif, Kota manna harus dipimpin oleh pemimpin yang berkarakter kritis obyektif dan visioner. Artinya, dengan pemimpin serta SDM yang kritis obyektif, perkembangan Manna dalam perjalanannya dapat dikontrol berkala dan dipertanggungjawabkan. Dan dengan karakter visioner, rencana-rencana akan perubahan akan selalu terprioritaskan dalam setiap gerak dan langkah-langkah setiap mengambil kebijakan. Dengan memadukan unsur tersebut, Manna akan mampu bersaing dengan daerah lainnya dan harapan akan kemajuan akan terbuka lebar. Tapi bilamana status maupun kinerja yang ada masih selalu quo, maka jangankan perubahan akan kemajuan yang bisa dicapai, kemungkinan Manna tertinggal dari daerah lain akan semakin jauh.
Selain itu, para pemimpin atau calon pemimpin mendatang (khususnya Manna), harus berjiwa progresif dan revolusioner. Karena dengan jiwa progresif dan revolusioner inilah nanti yang akan membedakan pemimpin sejati dengan pemimpin kapitalis opportunis. Karena pemimpin yang progresif dan revolusioner tidak hanya mampu beretorika yang tajam, melainkan aplikasi teori yang tepat dan kena sasaran.
Jikalau Bung Karno pernah berkata ” saya mencintai anak dan istriku, tapi saya juga mencintai bangsa dan negeriku. Dan jikalau disuruh memilih, aku akan mendahulukan kepentingan bangsaku dan rakyatku” itu semua mengisyaratkan kepada kita semua bahwa kemauan untuk memajukan bangsa harus diletakkan dipundak dan didahulukan. Tapi keadaan sekarang jauh berbeda. Malah yang diutamakan adalah kepentingan pribadi kemudian rakyat, sehingga wajar jikalau melihat kesejahteraan sebagian pejabat berlimpah, sementara daerah yang didudukinya semakin terpuruk. Lalu, sudahkan pemimpin maupun calon pemimpin mendatang (terutama Kota Manna) berjiwa seperti itu? Atau malah tidak ada satupun pemimpin maupun calon pemimpin yang berjiwa seperti itu. Wallahualam. Artinya calon pemimpin kedepan tidak lagi dilihat dari tampang, pintar ngomong (ceramah) dan berduit banyak saja. Tapi harus dilihat dari track recordnya serta realistik. Status quo atau tidak, independen maupun bukan, semuanya sama. Yang terpenting ialah bagaiman supaya bisa memajukan kota Manna ini supaya mampu bersaing dengan daerah lainnya, keadaan aman tenteram dan masyarakat sejahtera. Titik. Paradigma berpikir masyarakatpun juga harus berubah dan berani bangkit untuk sebuah kemajuan. Begitupun dengan para calon pemimpin mendatang (9 pasang calon). Semua pasangan calon harus mau dan bersedia kontrak mati dengan rakyat. Supaya tidak ada lagi janji-janji palsu dan rayuan gombal demi goal-nya tujuan. Semua balon harus bersedia membubuhkan tandatangan janji yang bilamana terpilih menjadi pemimpin, bersedia dievaluasi secara periodik setahun sekali. Selain itu, bilamana dalam setengah periode kepemimpinan tidak membawa perubahan yang cukup signifikan, pemimpin terpilih bersedia mundur dari jabatan dengan mengembalikan semua fasilitas negara yang telah dinikmati seperti gaji, tunjangan, bonus dan lain-lain kepada rakyat terutama masyarakat Manna. Dari sinilah, akan terlihat jiwa-jiwa pemimpi yang benar-benar ingin memajukan daerah bersama dengan masyarakat atau pemimpin yang hanya sekedar ingin mencari kesejahteran pribadi atau golongan. Dengan adanya kontrak mati seperti ini, akan meminimalisir keadaan kota Manna sendiri. Terutama permasalahan yang telah akut dan berlangsung lama. Karena, selain itu, dengan adanya konrak ini, akan membuat kehati-hatian dalam setiap pengambil kebijakan. Dan masyarakat dapat menjalankan kontol terhadapnya (sistem pemerintahan) untuk selalu berada di jalur yang benar (on the track).
Soalnya peran kontrol masyarakat sangat diperlukan mengingat selama ini tidak ada bargaining position yang komunikatif antara masyarakat dengan pemerintahan. Evaluasi pun juga tidak keruan juntrungannya dan transparansi baik materil maupun kinerja tidak jelas. Karena selama ini memang masyarakat dilemahkan oleh sistem. Dan birokrat berlagak seperti superhero yang tiada tanding dan tidak boleh ditandingin. Mulai sekarang masyarakat harus bergerak. LEBIH BAIK BANGKIT MELAWAN DARIPADA DIAM TERTINDAS. Sudah saatnya masyarakat (massa) kritis dan revolusioner. Perubahan harus jalan. Pilkada pun harus disikapi dengan kritis dan serius karena ini menyangkut masa depan masyarakat dan masa depan daerah lima tahun mendatang yang lebih baik. Pemimpin terpilih pun nantinya juga harus mampu mengevaluasi serta reformasi kinerja instansi-instansi yang ada. Tapi sebelumnya, dimulai dari diri pribadi. Karena takkan ada langkah kesepuluh tanpa langkah pertama. Dan langkah pertama merupakan awal dari segalanya (Awal menetukan akhir). Jadi prinsip evaluasi dan reformasi diri harus betul-betul ditekadkan. Tanyakan pada diri, layakkah saya memimpin? Sudah siapkah saya Memimpin?
Sesama masyarakat juga harus membuat transformasi massif untuk mengawal jalannya pemilihan kali ini. Bila perlu, masyarakat membuat suatu aliansi (Parlemen Massa) yang bisa mengakomodir semua demi tercapainya peran kontrol dan aspirasi semua warga ke tingkatan atas (Bupati-Gubernur-Presiden). Karena dengan itu semua, maka bersama kita akan songsong Manna yang bersinar dan terang benderang. Manna yang aman dan Manna yang bersih dari politik nakal dan licik penguasa lokal.
VIVA MANNA KOTA KENANGAN. HIDUP RAKYAT.
”Wakil rakyat seharusnya merakyat. Jangan tidur kalo sidang soal rakyat. Wakil rakyat bukan paduan suara cuma bisa nyanyikan lagu sendu semata” (Iwan Fals).

Melki As

0 komentar:

Posting Komentar

Featured

 

BIDADARI KECILKU

BIDADARI KECILKU

EKSPRESI

EKSPRESI

Once Time Ago

Once Time Ago

Aspiratif CyberMedia Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template