Pages

KAUM MUDA DAN KEBANGKITAN NASIONAL


Siapakah yang masih meragukan peran angkatan muda dalam menggerakan sejarah ? bukan saja di negeri ini, tetapi juga diberbagai belahan dunia bahkan mengambil pesan yang sangat penting dan strategis. Dalam sejarah nasional, kita juga segera dapat mengajukan bukti –bukti kongkrit peran angkatan muda baik dalam sejarah gerakan kemerdekaan nasional ataupun pada periode sebelumnya. Tentu saja setiap periode memiliki semangatnya sendiri, memiliki karakter sendiri dan bahkan memiliki cara tersendiri, dalam menyikapi situasi jaman. Tantangan bagi kita adalah bagaimana mempertahankan Api Idealisme angkatan muda, sehingga sahayanya dapat memberi terang perjalanan bangsa dalam mencapai tujuannya.

Tantangan Bangsa.
Meskipun angkatan muda memiliki kiprah tersandiri, namun penting dibuka dialog untuk memahami apa yang kini sedang menjadi tantangan bangsa. Pemahaman yang lebih utuh mengenai tantangan bangsa, tentu saja akan membantu angkatan muda dalam merumuskan sikapnya, sesuai denghan api idealismenya. Jika kita menyimak berbagai publikasi dan dialog publik, maka setidak – tidaknya ada tujuh masalah, yang kini hadir dihadapan kita sebagai masalah nasional, yakni :
Pertama, masalah ketergantungan pangan. Suka atau tidak suka, bangsa ini, masih dalam posisi bergantung pada “ kekuatan pasokan dari luar “, dan belum mampu sepenuhnya menyediakan kebutuhan pangan dalam negeri. Pemerintah telah berusaha sekuat daya, namun upaya tersebut belum sepenuhnya memberikan hasil. Akibatnya, ketika harag pangan dunia melojak, maka hal itu, segera berpengaruh pada kehidupan masyarakat, termasuk yang ada dipedesaan.
Kedua, masalah ketergantungan energi. Dahulu kita bersuka cita ketika harga minyak dunia melonjak, karena darisana kita dapat menikmati selisih harga yang besar, dan hal itu, akan berarti membesarnya peluang untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Bahkan, dahulu kita bangga dengan kekayaan alam yang kita miliki sebagai zambrud khatulistiwa, sampai – sampai grup musik Koes plus, menyebut tongkat kayu jadi tanaman, ikan dan unggas mengahampiri, dst. Tetapi saat ini, kita seperti menerima kutuk.
Ketiga, masalah ketergantungan dalam IPTEK, khususnya iptek yang mendukung laju pembangunan nasional ( dan daerah ). Kita tentu saja tidak meragukan kemapuan anak – anak negeri dalam menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kemudian mengembangkannya. Namun, apa yang kini sangat kita rasakan, adalah kuatnya ketergantungan kita sebagai bangsa, baik dalam masalah ilmu maupun dalam masalah produk teknologi. Periksa saja bagaimana tingkat konsumsi kita dalam produk teknologi informasi dan komunikasi, dan bandingkan dengan kemampuan kita memproduksi.
Keempat, masalah kerentanan ekonomi nasional, dihadapan perubahan ekonomi global, setidak – tidaknya yang ditunjukan oleh sektor keuangan. Seperti diketahui bersama bahwa bangsa ini telah masuk dalam perangkap hutang ( luar negeri ) yang sangat besar, yang dapat mengurangi kemampuan negara dalam memberikan layanan publik. Kita menyadari bahwa masalah ini amat berakit dengan kuatnya paradigma pertumbuhan ekonomi, sehingga kita mengabaikan ukuran yang lebih fundamental, yakni manusia. Akibatnya, liberalisasi sektor keuangan, telah menempatkan kita semakin rentan, terutama sebagai akibat dari arus deras modal yang masuk dilantai bursa, dan bukan kesektor riil.
Kelima, masalah kerentanan dalam praktek demokrasi. Merdeka yang mengamati dan mereka yang terlibat langsung dalam praktek demokrasi, tentu saja memiliki perbedaan dalam mengungkapkan realitas yang ada. Demokrasi bukanlah persaingan bebas, dimana yang lemah dipertandingkan dengan yang lemah. Pun persaingan bebas, bukam demokrasi. Bagaimana postur demokrasi yang ideal, yang mampu mengentaskan rakyat dari kemiskinan ? barangkali kita masih membutuhkan waktu untuk berproses, sebelum nantinya mampu menemukan demokarasi yang berkarakter Indonesia.
Keenam, masalah kerentanan dalam pertahanan, khususnya berkait dengan makin meningkatnya gangguan dari kekuatan asing, baik dalam kerangka geopolitik, sengketa waliyah, sampai pada penjagaan atas kekayaan negeri, seperti kekayaan laut. Kemampuan ekonomi negara yang masih labil, membuat kita masih belum mampu membangun kekuatan pertahanan yang memadai dengan luas wilayah nusantara.
Ketujuh, masalah kerentanan budaya lokal, dihadapkan pada topan globalisasi. Kita suka atau tidak, arus deras informasi, sebagai akibat dari revolusi dalam teknologi informasi dan komunikasi, telah banyak mengubah budaya bangsa. Belum lagi penggusuran nilai – nilai lokal, terutama yang secara halus masuk melalui globalisasi kuliner, mulai dari makanan cepat saji, minuman, dan lain – lain. Kita mengahadapi tantangan yang sangat serius mengenai eksistensi nilai – nilai atau kearifan lokal, menghadapi gerusan globalisasi.

Peran Angkatan Muda.
Ketika membahas peran angkatan muda, maka peran yang paling menarik perhatian adalah dibidang “Politik”, khususnya ketika angkatan muda bergerak melakukan koreksi terhadap sebuah rezim. Kita tidak mengingkari pentingnya bidang politik, namun apa yang dilakukan oleh angkatan muda sesungguhnya sangat besar dan luas. Amat jarang kita mengangkat peran angkatan muda dibidang iptek, dibidang ekonomi, dan bidang – bidang lain, termasuk olahraga. Padahal disemua bidang, angkatan muda mengambil peran yang sangat strategis, dimana peran tersebut sesungguhnya tersimpul dalam apa yang disebut sebagai Api idealisme .
Meskipun angkatan muda terlibat dalam perubahan politik, namun tentu saja angkatan muda tidak mungkin dibebani dengan keharusan menyodorkan format yang utuh dan komprehensif. Tugas mulia angkatan muda adalah menjadi benteng moral dari politik, yang dengan demikian memaksa politik kembali jati dirinya, sehingga kalbu politk tepencar sebgai aksi kongkrit yang memberikan manfaat bagi rakyat. Seharusnyalah mereka yang mengemban amanat perubahan benar – benar menjadikan api idealisme angkatan muda sebagai pijakan dalam menata kehidupan berbangsa dan bernegara. Demikian pula perubahan dibidang lain. Api idealisme angkatan muda, menjadi pengingat sekaligus motivator, bahkan kita mampu melakukan apa yang semula dianggap mustahil untuk dicapai.
Dalam kaitan inilah angkatan muda dituntut oleh sejarah untuk terus menempa diri, mengenali secara cerdas tantangan bangsa, dan merumuskan langkah – langkah yang menggerakkan sejarah. Setiap langkah yang menggerakkan sejarah, tentu saja membutuhkan keberanian dan pengorbanan. Sejarah telah mencatat bahwa angkatan muda memiliki kemampuan, keberanian dan kesediaan untuk berkorban, demi meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Peringatan satu abad kebangkitan nasional, selayaknya menjadi ajang refleksi dari angkatan muda, untuk menetukan peran strategisnya, agar bangsa ini dapat segera mengatasi tujuh tantangan diatas, dan setelahnya bangkit menjadi bangsa dengan peradaban baru yang berlandaskan pada Pancasila. Kita percaya angkatan muda mampu menjalankan tugas sejarahnya secara gemilang.


Drs. HM Idham Samawi
Bupati Bantul DIY

0 komentar:

Posting Komentar

Featured

 

BIDADARI KECILKU

BIDADARI KECILKU

EKSPRESI

EKSPRESI

Once Time Ago

Once Time Ago

Aspiratif CyberMedia Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template