Pages

May Day, Buruh Menggugat


Peringatan May Day atau hari buruh se-dunia, diperingati dengan antusias di Yogyakarta. Setidaknya ada empat aliansi yang meresponnya dengan menggelar berbagai aksi. Diantaranya Front Oposisi Rakyat (FOR) Indonesia, Aliansi Masyarakat Untuk Keadilan (AMUK), Aliansi Rakyat Menggugat (ARM), dan Front Perjuangan Rakyat (FPR). Aksi yang dilakukan di titik nol Yogyakarta ini diikuti oleh ratusan peserta yang tergabung dalam berbagai sub aliansi. Berbagai yel-yel di teriakan dan berbagai tuntutan di gema kan. Umumnya tuntutan massa yang kebanyakan buruh dan mahasiswa ini menekankan pada tolak upah murah, naikan upah buruh, kebebasan berserikat kaum buruh, tolak Asean China Free Trade Agrement (ACFTA), hapus diskriminasi pekerja buruh, tolak privatisasi dan jaminan hukum bagi buruh migran.



Dalam setiap May Day, kita selalu diajak untuk berefleksi mengenai nasib kaum buruh. Kita selalu di ingatkan bahwa sampai hari ini buruh selalu saja berada dalam posisi yang tidak menguntungkan. Jumlah angkatan kerja tinggi, sementara nilai tawar rendah. Para pemodal memerah buruh layaknya sapi perahan. Ini tentu merupakan hal yang sangat ironis. “ Belum lagi jika kita melihat kerjasama korporasi antara pemodal dan pemerintah yang sering kali menindas buruh dengan sewenang-wenang. Kesewenangan pemerintah ini terlihat dari keengganan untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang merupakan amanat dari UU No. 40 Tahun 2004 “ demikian yang di ungkapkan Edi Susilo, koordinator AMUK Yogyakarta.
Sementara itu, FPR dalam orasinya menyimpulkan bahwa penindasan yang dialami rakyat Indonesia sekarang ini karena akibat dari bercokolnya kekuatan imperialisme asing di Indonesia yang masuk dan kokoh berdiri atas bantuan para borjuasi besar komparador yang di pimpin SBY Boediono. Tidak hanya itu, FPR juga menilai bahwa akses untuk mendapatkan pendidikan juga masih sangat susah dan mahal. Apalagi untuk kalangan yang banyak berasal dari kaum buruh dan tani.



Aksi yang sedianya dilakukan pagi hari ini, menjelang tengah hari, tak jua menyurutkan massa aksi untuk menuntaskan aksinya meskipun didera panas dan haus. Berbagai reflika pun juga turut menyertai aksi buruh ini, diantara yang paling kentara ialah reflika patung babi. Dan sebelum dibakar, patung babi tersebut disimbolkan dengan memasanginya dengan foto bergambar presiden dan wakil presiden. Sempat terjadi kemacetan tetapi tidak berselang lama setelah reflika tersebut habis terbakar, kembali polisi membuat penertiban dan kelancaran para pengendara.
Aksi buruh Yogyakarta ini berlangsung dengan damai dan tertib tanpa ada kekerasan baik dari phak kepolisian maupun dari massa aksi. Dan setelah membacakan semua tuntutan, massa aksi akhirnya membubarkan diri secara tertib pula.

Melki AS

0 komentar:

Posting Komentar

Featured

 

BIDADARI KECILKU

BIDADARI KECILKU

EKSPRESI

EKSPRESI

Once Time Ago

Once Time Ago

Aspiratif CyberMedia Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template