Yogyakarta sebagai salah satu propinsi di Indonesia yang mempunyai banyak pilihan tempat belajar, masih menjadi magnet bagi masyarakat luar propinsi bahkan luar negeri untuk datang ke kota ini. Banyaknya pilihan tempat belajar dari berbagai jenjang pendidikan yang disediakan, memungkinkan Yogyakarta ditingali dari berbagai masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia, tentu saja dengan segala seni, budaya dan adat masing-masing. Dengan adanya keragaman perbedaan budaya inilah, kegiatan Festival Seni Budaya (FSB) “ THE 7TH DINAMIT” ini dilakukan. Kegiatan ini bertujuan untuk menyalurkan minat dan bakat generasi muda kearah yang lebih positif dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia serta dapat memperkenalkan seni budaya daerah masing-masing.
Demikian yang disampaikan Ichsan Yusran sebagai ketua panitia FSB. Bertempat di auditorium Universitas Pembangunan Nasional (UPN) ‘Veteran’ Yogyakarta, acara rutin yang diadakan anak-anak fakultas pertambangan UPN ‘Veteran’ ini, diikuti oleh 20 peserta perwakilan termasuk perwakilan propinsi Bengkulu lewat Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Propinsi Bengkulu –Yogyakarta (6/3/11). Dalam mengikuti FSB ini, Bengkulu membawakan sebuah tarian yaitu Tari Rentak Selatan. Menurut Melki AS, sebagai penanggungjawab, tarian ini adalah tari kombinasi yang di kembangkan baru dari percampuran tari tradisional Bengkulu, tari andun dan tari persembahan. ‘Roh’ nya tari ini menurut beliau tetap terjaga. Kalau biasanya tari tersebut di laksanakan dalam pesta perkawinan dan penyambutan tamu agung saja, sekarang dengan adanya kombinasi baru ini, bisa di pakai ke dalam pergaulan anak muda sebagai ekspresi kegembiraan. Jadi seni menurutnya haruslah mengakomodir dan selalu membaca zamannya. Dikatakannya lagi bahwa pelestarian terhadap aset seni dan budaya seperti tarian tradisional tetap harus di jaga. Karena itulah sesungguhnya kekayaan bangsa ini yang tidak ternilai harganya.
Seperti menjaga ke khas-an melayu, sebelum Rentak Selatan di mulai, auditorium UPN ‘Veteran” di guyur dengan sederet pantun. Tepuk riuh penoton semakin marak setiap bait per bait pantun tersebut di bacakan. Kemudian setelah itu, barulah di tampilkannya Tarian Rentak Selatan. Memang ada sedikit kendala dalam sound system yang di sediakan, tetapi tidak menyurutkan langkah untuk selalu menampilkan performa yang terbaik. Dan tepuk tangan penonton tetap membahana tatkala Tari Rentak Selatan usai di pentas kan.
“Kami memang sudah lama mempersiapkan diri sebelum mengikuti FSB ini. Kami dan adik-adik kami ini selalu berlatih giat setiap hari nya. Modernisasi memang menantang di depan mata, tetapi bagi kami, wajib hukumnya untuk terus melestarikan seni, adat dan budaya daerah. Melalui FSB ini, setidaknya kami mencoba menunjukan kepada publik bahwa Bengkulu masih ada, Bengkulu masih kuat menjaga seni budaya nya. Dan juga dengan mengikuti setiap ajang festival atau gelar seni budaya ini, kami mau menunjukkan eksistensi kami sebagai penerus dan mempromosikan Bengkulu itu sendiri. Memang kendala fasilitas dan finansial menjadi berat bagi kami untuk bisa memperkenalkan daerah, tapi tetap kami berusaha agar daerah kami bisa di lihat dan di dengar orang. Dalam FSB kali inipun, semua kostum dan perlengkapannya harus kami sewa dengan mengajak setiap keluarga besar disini untuk menyumbang secara swadaya dan sukarela seikhlasnya. Dan alhamdulillah, tercapai juga walaupun tidak jadi juara (berdasarkan polling, tervaforit ke-3). “ Melki AS menambahkan dengan antusias.
Ditambahkannya pula bahwa dengan adanya kegiatan ini, adalah merupakan jembatan komunikasi dengan sesama, baik antar persatuan daerah se-Indonesia di Yogyakarta maupun daerah asal. “ Makanya saya mengharap sekali semua generasi muda kami (Bengkulu) harus banyak-banyak bekerja mempromosikan daerah. Patokannya, kami tidak ingin menunggu pemerintah daerah yang selalu lambat dan terkesan tidak ada geliat untuk mengenalkan aset seni budaya dalam rangka memajukan daerah, tapi kami langsung saja memulainya. Kalau di pikir-pikir juga, ini merupakan refreshing otak karena hampir setiap hari kami mendengar kebohongan publik yang dilakukan pemerintahan daerah. Seperti belum lama ini, bahwa ada bantuan bagi mahasiswa Bengkulu di Yogyakarta terkait bencana merapi. Padahal hal itu sudah di muat di koran lokal, tetapi lagi-lagi hasilnya nihil. Mungkin saja bantuan itu ada, tapi keburu di tangkap ‘tikus kepala hitam’ yang selalu haus dan rakus. Itu beneran lho, info itu kami dapatkan dari banyak kawan-kawan disini. Artinya apa, artinya adanya pembohongan publik serta penipuan secara besar-besaran yang dilakukan mereka (pemerintahan daerah-red). Makanya dengan adanya kegiatan postif seperti ini, kami berharap otak pun bisa positif juga. Tidak selalu memikirkan hal-hal buruk terus walalupun itu nyata terjadi. Kami berharap juga, dengan adanya hal positif seperti ini, pemerintahan daerah juga bisa mensupport lebih lagi. Tidak cukup hanya dengan menyemangati thok, tapi berikanlah fasilitas atau apapun semacamnya agar promo daerah ini semakin berlanjut. Jangan hanya sibuk mengurus perut saja, tapi uruslah rakyat dan majukan daerah. Salah satunya sudah enak, yaitu sudah ada Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Propinsi Bengkulu Yogyakarta ini yang bisa di manfaatkan sebagai miniaturnya daerah untuk pengembangan daerah lewat promosi segala hal “ ungkap Melki AS.